3/23/2015

Injil Yudas

Kebenaran di balik Injil Yudas terbongkar sudah

Dikatakan bahwa manuskrip Injil Yudas tersebut berasal dari tahun 280 Masehi, atau dengan kata lain 200 tahun lebih muda dari keempat Injil kanonik. Bagaimana ”Injil Yudas” ditemukan belum diketahui secara pasti. Penemunya bukan para arkeolog, jadi naskah ini tidak terdokumentasi. Naskah ini tiba-tiba muncul di sebuah pasar barang antik pada akhir 1970-an atau awal 1980-an. Kemungkinan besar, naskah ini ditemukan di Mesir pada 1978 di sebuah makam kosong, mungkin dalam gua. Naskah ini adalah salah satu dari empat teks yang ada dalam satu kodeks (sejenis buku zaman dahulu) yang ditulis dalam bahasa Koptik (yang berasal dari bahasa Mesir kuno).

Kodeks bersampul kulit ini sudah rapuh dan rusak karena telah berabad-abad tersimpan di tengah iklim Mesir yang kering. Kodeks ini pernah diperlihatkan kepada beberapa ahli pada 1983; namun karena harganya tidak masuk akal, kodeks tersebut tidak terjual. Karena bertahun-tahun ditelantarkan dan tidak disimpan dengan baik, kondisinya semakin parah. Pada tahun 2000, kodeks ini akhirnya dibeli seorang penyalur barang antik asal Swiss. Dia segera menyerahkannya kepada sekelompok pakar mancanegara yang, dengan dukungan Maecenas Foundation for Ancient Art dan National Geographic Society, berupaya memperbaiki kodeks itu dan menyusun kembali isinya, yang sebagian telah menjadi potongan-potongan kecil. Selain itu, tim ini harus memperkirakan umur kodeks itu dan menerjemahkan serta mengartikan isinya.

Penghitungan dengan metode karbon-14 membenarkan bahwa kodeks itu kemungkinan berasal dari abad ketiga atau keempat M. Namun, para pakar berasumsi bahwa ”Injil Yudas” yang berbahasa Koptik itu adalah terjemahan dari naskah asli yang ditulis jauh sebelumnya dalam bahasa Yunani.

Tentu saja jika manuskrip Injil Yudas yang ditemukan itu adalah satu-satunya manuskrip yang ada, tanpa ada yang lebih tua, maka bisa dipastikan penulisnya bukan Yudas Iskariot. Karena Yudas Iskariot sendiri hidup 200 tahun sebelum manuskrip itu ada. Apalagi dalam Injil-injil kanonik, sosok Yudas sendiri adalah yang pertama mati dari antara 12 murid Yesus.

Itu dari aspek identitas penulisnya. Sementara dari aspek isi, diketahui bahwa Injil Yudas berisi ajaran-ajaran Gnostik.

Tentu dengan melihat bahwa baik Yudas Iskariot, Yesus, dan para murid yang lain adalah dibesarkan dalam ajaran Yudaisme, sementara pemahaman yang ada dalam ajaran Gnostik samasekali tidak dikenal dalam Yudaisme maka paham Gnostik terhadap Yudaisme sendiri jelas sebagai sebuah bidah (ajaran sesat). Sehingga cukup janggal jika antara Yesus dan Yudas Iskariot saling berbagi suatu ajaran sesat, mengingat posisi Yesus sebagai seorang Rabi dan Nabi dalam komunitas Yahudi. [cat: Injil Yudas menyangkal keilahian Yesus].

Konsep kenabian sendiri (baik dalam perspektif Yudaisme, Kristiani, maupun Islam) menjadi bukti bahwa pengetahuan akan Yang Ilahi (Tuhan) bukanlah sebuah pengetahuan rahasia yang hanya bisa/boleh dimiliki oleh orang-orang tertentu saja, sebagaimana diajarkan dalam paham Gnostikisme. Pengalaman historis bangsa Israel dengan belasan nabinya pun membuktikan hal itu. Peranan para nabi dalam bangsa Israel justru adalah agar Yang Ilahi itu dikenal luas oleh umat manusia. Sementara dalam ajaran Gnostik, Tuhan adalah sesuatu yang rahasia dan hanya bisa diketahui oleh kalangan terbatas.

Maka adanya Injil Yudas ini, jika isi ajarannya hendak dinyatakan sebagai ajaran Yesus yang otentik, itu adalah sebuah kemustahilan, baik itu secara perspektif Yudaisme, Kristiani, maupun Islam, karena masing-masing agama ini tidak mengenal ajaran-ajaran sebagaimana yang ada dalam paham Gnostik.

Dari aspek lainnya, dalam Injil Yudas ini peranan Yudas diberi sudut pandang positif. Bahwa meskipun ia memang dinyatakan berperan dalam menyebabkan penangkapan dan penyaliban Yesus, akan tetapi bukan sebagai seorang yang mengkhianati Sang Guru, melainkan itu adalah jasa terbesarnya untuk membebaskan roh Yesus dari tubuh materinya. Ini lagi-lagi adalah ajaran Gnostik, yang menganggap segala bentuk eksistensial fisik/materi adalah suatu kekotoran. Sekali lagi, Yesus, kalaupun kita lihat hanya sebagai seorang Rabi dan Nabi Yahudi, mustahil menganut ajaran sesat (relatif terhadap Yudaisme) semacam itu.

Hal paling kontroversial dari isi Injil Yudas tentu berkaitan dengan pernyataan bahwa ada hubungan istimewa antara Yesus dengan Maria Magdalena. Hal ini bisa dipandang sebagai salah satu upaya penulis Injil ini untuk menyangkal keilahian Yesus, sebuah keyakinan yang sudah 200 tahun lebih tua darinya.

Dari beberapa aspek diatas, jelas bahwa meskipun mungkin “keaslian” manuskrip Injil Yudas sebagai sebuah naskah kuno bisa dibuktikan, meskipun tidak setua ajaran Injil-injil kanonik, namun dengan melihat bahwa isi Injil Yudas adalah ajaran-ajaran Gnostik maka dari perspektif ajaran Gereja Katolik tentu Injil Yudas tidak bisa diterima ajarannya. Jadi penolakan ini bukan semata-mata karena penyangkalan Injil Yudas terhadap keilahian Yesus, atau pun pemutar balikan perspektif terhadap sosok Yudas Iskariot (= bukan seperti yang digambarkan dalam Injil-injil kanonik), tapi terutama adalah karena ajaran-ajaran Gnostik yang ada didalamnya merupakan ajaran yang bertentangan dengan Yudaisme sendiri sebagai latar belakang spiritualitas Yesus dan para murid.
Artikel Menarik Lainnya

Peraturan Komentar
- No Perdebatan
- No SARA
- No SPAM
- No Active Link
- No OOT (silahkan bertanya bila sesuai dengan topik pada artikel)
- Jika berpendapat, berkata dan berkomentar dengan kurang sopan maka secara otomatis akan dihapus

*Artikel diatas diambil dari berbagai sumber dan sengaja tidak mencantumkan sumber karena banyak artikel serupa dari berbagai sumber tersebut, selain itu mohon maaf tidak bisa mencantumkan juga penyedia link download dari film maupun sub credit jadi harap maklum*