Tampilkan postingan dengan label Mitologi Jepang. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Mitologi Jepang. Tampilkan semua postingan

9/23/2015

Oni


Oni, hantu yang jenisnya lain dengan obake, bisa diartikan sebagai setan atau iblis. Mahluk yang satu ini berbadan raksasa, warna tubuhnya merah, biru atau hitam. Oni juga memiliki tanduk dan biasanya digambarkan membawa gada besi besar (kanabou). Mereka biasanya digambarkan sebagai para penjaga neraka ala Buddhis Jepang. Secara fisik, mereka raksasa, tapi biasa digambarkan sebagai mahluk bodoh, jahat dan bersifat jelek. Mereka dikenal sebagai penjaga gerbang neraka Buddha.

Mereka juga biasa muncul dalam cerita rakyat jepang seperti Momotaro, Isshun-Boshi, dan lain-lain. Ingat ceriat Momotaro? Di cerita itu, Momotaro bertarung melawan segerombolan oni yang sering mengganggu warga kampung. Di Jepang setiap tanggal 3 Februari, biasanya orang jepang melakukan ritual pengusiran iblis, yaitu upacara melempar kacang. Kacang yang melambangkan kemakmuran, dilempar keluar dari rumah dengan meneriakan “Fuku wa uchi, oni wa soto” (nasib baik datang, oni pergi). Upacara ini untuk mengusir nasib buruk dari rumah dan mendatangkan keberuntungan.
Read more

Ebisu


Ebisu adalah salah satu Kami dalam kepercayaan orang Jepang. Arti kata “Ebisu” atau “Emishi” adalah orang yang datang dari laut seberang, orang yang pergi jauh, atau orang yang datang dari jauh. Di kalangan rakyat Jepang, Ebisu populer dengan sebutan Ebessan, dan dikenal sebagai dewa keberuntungan bagi pedagang, pengusaha, dan nelayan.

Di zaman sekarang, Ebisu dipercaya sebagai salah seorang dari Tujuh Dewa Keberuntungan. Namun sebenarnya, kepercayaan tersebut baru dimulai sejak akhir zaman Heian. Asal-usul Ebisu sangat rumit, dan paling tidak terdapat tiga penjelasan tentang identitas dan asal-usul Ebisu.

  • Ebisu adalah anak Izanami dan Izanagi yang bernama Hiruko no mikoto. Ia dilahirkan dengan kedua belah kaki yang cacat sehingga sulit berjalan. Hiruko no mikoto dinaikkan ke atas perahu, dan dihanyutkan ke laut oleh kedua orang tuanya. Arus laut membawa perahu yang dinaikinya hingga sampai di Nishinomiya. Setelah dewasa Hiruko no mikoto menjadi dewa keberuntungan bagi nelayan dan pedagang, dan sekarang dimuliakan sebagai Ebisu di Kuil Nishinomiya, Prefektur Hyogo.
  • Ebisu adalah Sukunahikona yang bersosok tubuh kecil, kurang lebih setinggi jari telunjuk. Bersama Oukuninushi (Daikoku-san), Sukunahikona berkeliling Jepang untuk membuka lahan dan permukiman baru. Selain itu, ia pandai menemukan sumber air panas untuk dibuat pemandian air panas. Di kuil-kuil Ebisu, Sukunahikona dan Oukuninushi selalu dimuliakan secara berdampingan.
  • Ebisu adalah anak dari Oukuninushi yang bernama Kotoshironushi kami. Ia bertugas sebagai juru bicara para Kami.

Perayaan Ebisu
Kuil-kuil Ebisu di seluruh Jepang mengadakan perayaan tahunan setiap tanggal 10 Januari yang disebut “Touka Ebisu” (Ebisu tanggal 10). Perayaan berlangsung selama 3 hari, dimulai dengan “Yoi Ebisu” (Malam Ebisu) pada tanggal 9 Januari dan diakhiri pada tanggal 11 Januari yang disebut “Nokori Fuku” (keberuntungan yang masih ada). Kuil-kuil Ebisu menjual benda perlambang keberuntungan seperti Kazari Kumade dan Fukuzasa untuk dibeli oleh orang yang ingin beruntung dalam bisnis. Sementara itu, Kazari Kumade dan Fukuzasa yang sudah dipajang selama setahun di rumah atau tempat usaha dibawa ke kuil Ebisu untuk dikembalikan.
Read more

Inari



Dalam legenda agama Shinto, Inari dikenal sebagai Uka no Mitama no Kami (August Spirit of Food), anak dari salah satu dewa utama Jepang, Susanoo sang dewa badai. Sementara dalam agama Budha, ada dua versi mengenai Inari. Pertama, disebutkan bahwa Inari adalah Chinjugami, pelindung kuil. Yang kedua, Inari sebagai Dakiniten, dewa biara. Dakiniten berasal dari bahasa Sansakerta ‘dakini’ yang berarti ‘penjelajah alam semesta’ atau ‘dewi surga’. Hal ini berkaitan dengan legenda inkarnasi dimana Sang Budha muncul (ketika dia hidup sebagai bodhisattva dan melayani serta memberi pencerahan kepada masyarakat)

Dewa lain yang dikenal sebagai Inari adalah Uke-mochi, dewi padi dalam legenda Shinto. Berdasarkan mitos yang ada dalam Nihongoki, Uke-mochi memuntahkan nasi dan ikan lalu diberikan pada Tsukiyomi sang dewi bulan dalam sebuah jamuan. Tsukiyomi yang kecewa akan sikap Uke-mochi lalu membunuhnya. Kemudian tubuh Uke-mochi yang sudah tak bernyawa berubah menjadi makanan dan binatang yang berkaitan dengan pertanian.

Cerita lain mengatakan bahwa Inari menikahi Uke-mochi sang dewi padi. Setelah Tsukiyomi membunuh Uke-mochi, Inari mengambil kemampuan Uke-mochi lalu menjadi dewa padi.

Pada masa-masa awal dalam sejarah Jepang, Inari adalah dewa pelindung dan dewa pedang. Dikatakan, Munechika, seorang pembuat pedang terkenal mendapat titah untuk membuat sebuah pedang bagi Kaisar. Untuk itu ia mendatangi kuil Inari, berdoa meminta pertolongan. Ditengah-tengah doanya, Inari muncul lalu menolong Munechika membuat pedangnya menjadi sebuah pedang yang indah dan agung.

Dari sekian banyak sosok mengenai Inari, yang paling sering dikaitkan dengan Inari adalah rubah. Banyak yang salah paham mengerti kalau rubah adalah dewa yang sebenarnya. Sebenarnya, rubah hanyalah pelayan dari Inari. Binatang ini dipercaya untuk melindungi lahan pertanian dan menolong orang-orang. Namun dalam beberapa dongeng, rubah kadang digambarkan sebagai binatang licik dan penipu.

Selain rubah, mutiara dan bebatuan juga berkaitan erat dengan Inari. Batu permohonan biasa ditemukan pada patung rubah dalam kuil Inari, baik didalam mulut ataupun diletakan dibawah kaki. Hal ini melambangkan spritual, kekayaan, kesuburan dan kehidupan.
Read more

Kintaro


Kintaro (金太郎, Kintarō?) adalah tokoh cerita rakyat Jepang berupa anak laki-laki bertenaga superkuat. Ia digambarkan sebagai anak laki-laki sehat yang memakai rompi merah bertuliskan aksara kanji 金 (emas). Di tangannya, Kintaro membawa kapak(masakari) yang disandarkan ke bahu. Ia juga kadang-kadang digambarkan sedang menunggang beruang.

Cerita Kintaro dikaitkan dengan perayaan hari anak laki-laki di Jepang. Kintaro dijadikan tema boneka bulan lima (gogatsu ningyō) yang dipajang untuk merayakan Hari Anak-anak. Orang tua yang memajang boneka Kintaro berharap anak laki-lakinya tumbuh sehat, kuat, dan berani seperti Kintaro. Selain itu, Kintaro sering digambarkan menunggang ikan koi pada koinobori.

Cerita Kintaro konon berasal dari kisah masa kecil seorang samurai bernama Sakata Kintoki (坂田公時 atau 坂田金時?) dari zaman Heian. Menurut legenda, ibunya adalah seorang Yama-uba (wanita dari gunung, atau yamamba) yang hamil akibat perbuatan dewa petir Raijin. Kisah lain mengatakan, ibunya melahirkan bayi Kintaro dari hasil hubungannya dengan seekor naga merah.

Legenda
Menurut catatan Kuil Kintaro di kota Oyama, Shizuoka, Kintaro konon lahir bulan 5 tahun 965. Ibunya bernama Yaegiri, putri dari ahli ukir bernama Jūbei yang bekerja di Kyoto. Kintaro adalah anaknya dengan pekerja istana bernama Sakata Kurando. Setelah mengandung, Yaegiri pulang ke kampung halaman untuk melahirkan Kintaro. Namun setelah itu, Yaegiri tidak lagi kembali ke Kyoto karena ayah Kintaro sudah meninggal dunia.

Kintaro dibesarkan ibunya di kampung halamannya di Gunung Ashigara. Kintaro tumbuh sebagai anak yang kuat, namun ramah dan berbakti kepada ibunya. Setelah besar, Kintaro bergulat sumo melawan beruang di Gunung Ashigara.

Kintaro bertemu dengan Minamoto no Yorimitsu di puncak Gunung Ashigara pada 28 April 976. Yorimitsu menjadikan Kintaro sebagai pengikutnya setelah mengetahui kekuatan fisik Kintaro yang luar biasa. Setelah namanya diganti menjadi Sakata Kintoki, ia bertugas di Kyoto, dan menjadi salah satu dari 4 pengawal Yorimitsu yang disebut kelompok Shitennō. Ketiga rekannya yang lain adalah Watanabe no Tsuna, Urabe no Suetake, dan Usui Sadamitsu. Kelompok Shitennō disebut dalam literatur klasikKonjaku Monogatari yang terbit sekitar 100 tahun setelah wafatnya Minamoto no Yorimitsu. Ketiga rekannya bisa dipastikan memang benar pernah ada, tapi Sakata Kintoki tidak pernah bisa dibuktikan keberadaannya.

Pada 28 April 990, Kintoki berhasil mengusir oni bernama Shuten Dōji yang tinggal di Gunung Ōe, Provinsi Tamba(sekarang kota Fukuchiyama, Prefektur Kyoto). Shuten Dōji perlu disingkirkan karena masuk ke kota membuat kekacauan. Sewaktu menghadapi Shuten Dōji, Yorimitsu bersama keempat pengawalnya (termasuk Kintoki) menyamar sebagai biksu Yamabushi. Shuten Dōji ditaklukkan dengan sake yang dicampur obat tidur.

Pada 11 Januari 1012, Sakata Kintoki, 55 tahun, meninggal dunia di Mimasaka (sekarang kota Shōō, Prefektur Okayama) akibat panas tinggi. Pada waktu itu, Kintoki sedang dalam perjalanan menuju Kyushu untuk menumpas pemberontak. Penduduk setempat menjadikannya panutan, dan mendirikan sebuah kuil untuknya (sekarang disebut Kuil Kurigara).
Read more

Momotaro


Momotarō (桃太郎?) adalah cerita rakyat Jepang yang mengisahkan anak laki-laki super kuat bernama Momotarō yang pergi membasmi raksasa. Diberi nama Momotarō karena ia dilahirkan dari dalam buah persik (momo), sedangkan "Tarō" adalah nama yang umum bagi laki-laki di Jepang.
Dari nenek, Momotarō mendapat bekal kue kibidango. Di perjalanan, anjing, monyet, dan Burung Pegar ikut bergabung sebagai pengikut Momotarō karena diberi kue.

Ringkasan cerita
Di zaman dulu kala, hiduplah seorang kakek dan nenek yang tidak punya anak. Ketika nenek sedang mencuci di sungai, sebutir buah persik yang besar sekali datang dihanyutkan air dari hulu sungai. Buah persik itu dibawanya pulang ke rumah untuk dimakan bersama kakek. Dipotongnya buah persik itu, tapi dari dalamnya keluar seorang anak laki-laki. Anak itu diberi nama Momotarō, dan dibesarkan kakek dan nenek seperti anak sendiri. Momotarō tumbuh sebagai anak yang kuat dan mengutarakan niatnya untuk membasmi raksasa. Pada waktu itu memang di desa sering muncul para raksasa yang menyusahkan orang-orang desa. Momotarō berangkat membasmi raksasa dengan membawa bekal kue kibidango. Di tengah perjalanan menuju pulau raksasa, Momotarō secara berturut-turut bertemu dengan anjing, monyet, dan burung pegar. Setelah menerima kue dari Momotarō, anjing, monyet, dan burung pegar mau menjadi pengikutnya. Di pulau raksasa, Momotarō bertarung melawan raksasa dengan dibantu anjing, monyet, dan burung pegar. Momotarō menang dan pulang membawa harta milik raksasa.
Read more

Putri Kaguya



Putri Kaguya (Kisah Putri Kaguya) atau Taketori monogatari (Kisah Pengambil Bambu) adalah cerita rakyat Jepang yang tertua. Kisah seorang anak perempuan yang ditemukan kakek pengambil bambu dari dalam batang bambu yang bercahaya.

Di zaman dulu hiduplah seorang kakek bersama istrinya yang juga sudah tua. Kakek bekerja dengan mengambil bambu di hutan. Bambu dibuatnya menjadi berbagai barang, dan orang-orang menyebutnya Kakek Pengambil Bambu. Pada suatu hari, ketika kakek masuk ke hutan bambu, terlihat sebatang bambu yang pangkalnya bercahaya. Kakek merasa heran dan memotong batang bambu tersebut. Keluar dari dalam batang bambu, seorang anak perempuan yang mungil, tingginya cuma sekitar 9 cm tapi manis dan lucu. Anak perempuan tersebut dibawanya pulang dan dibesarkannya seperti anak sendiri. Sejak itu, setiap hari kakek selalu menemukan emas dari dalam batang bambu. Kakek dan nenek menjadi kaya. Dalam 3 bulan, anak perempuan yang dibesarkan tumbuh menjadi seorang putri yang sangat cantik. Kecantikan putri ini sulit ditandingi, begitu cantiknya sehingga perlu diberi nama. Orang-orang menyebutnya Putri Kaguya (Nayotake no kaguya hime).

Berita kecantikan Putri Kaguya tersebar ke seluruh negeri. Pria dari berbagai kalangan, mulai dari bangsawan hingga rakyat biasa, semuanya ingin menikahi Putri Kaguya. Mereka datang berturut-turut ke rumah Putri Kaguya untuk meminangnya, namun terus menerus ditolak oleh Putri Kaguya. Walaupun tahu usaha mereka sia-sia, para pria yang ingin menikahi Putri Kaguya terus bertahan di sekeliling rumah Putri Kaguya. Satu per satu dari mereka akhirnya menyerah, dan tinggal 5 orang pria yang tersisa, yang semuanya pangeran dan pejabat tinggi. Mereka tetap bersikeras ingin menikahi Putri Kaguya, sehingga Kakek Pengambil Bambu membujuk Putri Kaguya, "Perempuan itu menikah dengan laki-laki. Tolong pilihlah dari mereka yang ada." Dijawab Putri Kaguya dengan, "Aku hanya mau menikah dengan pria yang membawakan barang yang aku sebutkan, dan sampaikan ini kepada mereka yang menunggu di luar."

Ketika malam tiba, pesan Putri Kaguya disampaikan kepada kelima pria yang menunggu. Pelamar masing-masing diminta untuk membawakan barang yang mustahil didapat, mangkuk suci Buddha, dahan pohon emas berbuah berkilauan, kulit tikus putih asal kawah gunung berapi, mutiara naga, dan kulit kerang bercahaya milik burung walet. Pelamar pertama kembali membawa mangkuk biasa, pelamar kedua membawa barang palsu buatan pengrajin, dan pelamar ketiga membawa kulit tikus biasa yang mudah terbakar. Semuanya ditolak Putri Kaguya karena tidak membawa barang yang asli. Pelamar keempat menyerah akibat dihantam badai di perjalanan, sedangkan pelamar kelima tewas akibat patah pinggang. Berita kegagalan ini terdengar sampai ke kaisar yang menjadi ingin bertemu dengan Putri Kaguya. Kakek Pengambil Bambu membujuk Putri Kaguya agar mau menikah dengan kaisar, tapi Putri Kaguya tetap menolak dengan berbagai alasan. Putri Kaguya bahkan tidak mau memperlihatkan dirinya di depan kaisar. Kaisar akhirnya memutuskan untuk menyerah setelah saling bertukar puisi dengan Putri Kaguya.

Musim gugur pun tiba. Putri Kaguya menghabiskan malam demi malam dengan memandangi bulan sambil menangis. Kalau ditanya kenapa menangis, Putri Kaguya tidak mau menjawab. Namun ketika bulan 9 tanggal 15 (bulan September) semakin dekat, tangis Putri Kaguya makin menjadi. Putri Kaguya akhirnya mengaku, "Aku bukan manusia bumi, tanggal 15 ini di saat bulan purnama, aku harus kembali ke bulan." Identitas sebenarnya Putri Kaguya disampaikan kepada kaisar. Prajurit-prajurit gagah berani diutus kaisar untuk melindungi Putri Kaguya dari jemputan orang bulan. Malam bulan purnama itu pun tiba, sekitar jam 2 malam, dari langit turun orang-orang bulan. Para prajurit dan Kakek Pengambil Bambu tidak mampu mencegah mereka membawa Putri Kaguya kembali ke bulan. Putri Kaguya adalah penduduk ibu kota bulan yang sedang menjalani hukuman buang ke bumi. Sebagai tanda mata, Putri Kaguya memberikan obat hidup kekal (tidak pernah mati) kepada kaisar. Namun tanpa Putri Kaguya, kaisar tidak merasa perlu hidup selama-lamanya. Diperintahkannya obat tersebut untuk dibakar di Suruga, di atas puncak gunung tertinggi di Jepang. Gunung tersebut kemudian disebut "Fushi no Yama," dan akhirnya disebut "Fujiyama" (Gunung Fuji). Obat yang dibakar di atas gunung kabarnya membuat Gunung Fuji selalu mengeluarkan asap hingga sekarang.
Read more

Mitsunari Ishida


Ishida Mitsunari(1560 - 6 November 1600 atau 1 Oktober tahun ke-5 era Keichō) adalah daimyo zaman Azuchi Momoyama yang pernah menjabat salah satu anggota lima pelaksana pemerintahan (Go Bugyō) di masa pemerintahan Toyotomi. Ishida Mitsunari merupakan pemimpin kubu Pasukan Barat dalam Pertempuran Sekigahara.

Kisah tiga cangkir teh
Hashiba Hideyoshi yang sedang berada di provinsi Ōmi mampir ke kuil Kanon meminta minum karena haus. Pembantu pendeta memberi Hideyoshi secangkir teh dingin yang langsung diminum habis oleh Hideyoshi. Hideyoshi yang masih merasa haus meminta tambah lagi secangkir teh lagi. Cangkir kedua berisi teh hangat yang langsung diminum habis oleh Hideyoshi. Setelah cangkir teh kedua habis diminum, Hideyoshi masih meminta tambah secangkir teh lagi. Cangkir ketiga ternyata berisi teh yang sangat panas hingga membuat Hideyoshi kaget. Pembantu pendeta lalu menjelaskan bahwa cangkir teh pertama sebagai penghilang rasa haus, cangkir teh kedua untuk dinikmati perlahan-lahan, dan cangkir teh ketiga untuk lebih dinikmati perlahan-lahan lagi. Pembantu pendeta ini nantinya dikenal sebagai Ishida Mitsunari, tapi kisah ini berasal dari zaman Edo dan kemungkinan besar merupakan cerita karangan orang.

Pengagum putri bekas majikan
Setelah wafatnya, Ishida Mitsunari menjadi korban cerita yang menjelek-jelekkan dirinya yang dikarang sejarawan dari pemerintahan Keshogunan Tokugawa. Cerita yang banyak diketahui orang mengatakan Ishida Mitsunari jatuh cinta pada Yodo dono yang merupakan anak perempuan Azai Nagamasa walaupun tidak ada bukti istri Hideyoshi pernah berhubungan gelap dengan Mitsunari.

Cerita lain mengatakan Toyotomi Hideyori bukanlah putra Toyotomi Hideyoshi dengan Yodo dono, melainkan anak hubungan gelap Yodo dono dengan Mitsunari atau Ōno Harunaga. Cerita ini berasal dari pertengahan zaman Edo dan kemungkinan merupakan cerita hasil karangan orang.

Lukisan potret
Paling tidak ada 3 sampai 4 lukisan potret Ishida Mitsunari dan konon lukisan dibuat berdasarkan tengkorak kepala Mitsunari. Setelah badan dan kepala Ishida Mitsunari dipertontonkan di muka umum di Sanjōgawara, jasadnya dimakamkan di bagian kuil Daitokuji bernama Sangen-in yang dibangun Mitsunari sewaktu masih hidup. Ada juga cerita yang mengatakan pintu gerbang rumah kediaman Mitsunari di Fushimi dipindahkan ke kuil Sangen-in.

Setelah beristirahat lebih dari 300 tahun, makam Mitsunari di kuil Sangen-in digali kembali di tahun 1907 oleh peneliti sejarah bernama Watanabe Seiu dari Tokyo Imperial University untuk keperluan penulisan biografi. Adachi Buntarō dari bagian anatomi Universitas Tokyo melakukan penelitian atas sisa tulang dan memotret tengkorak kepala Ishida Mitsunari. Berdasarkan hasil penelitian, Mitsunari berperawakan sedang, bergigi tonggos dan sewaktu meninggal berusia sekitar 41 tahun.

Pada tahun 1976 dilakukan rekonstruksi wajah Ishida Mitsunari dengan menggunakan bahan gips atas permintaan fotografer bernama Ishida Takayuki yang merupakan keturunan Ishida Mitsunari. Rekonstruksi dilakukan oleh mantan kepala bagian sains Kepolisian Metropolitan Tokyo yang bernama Nagayasu Shūichi. Pada saat yang bersamaan juga diukur tinggi badan Mitsunari dan menurut hasil pengukuran Mitsunari mempunyai tinggi badan 156 cm. Pada bulan Maret 1980, pelukis Jepang bernama Maeda Mikio menggambar lukisan potret Ishida Mitsunari berdasarkan rekonstruksi dari gips dan pengarahan Ishida Tetsurō dari Universitas Kedokteran Kansai. Lukisan potret Ishida Mitsunari sekarang dipajang di menara utama Istana Osaka.
Read more

5/09/2015

Inugami

Dalam mitologi Jepang inugami (犬 神 "roh anjing") Adalah jenis shikigami (式 神), Mirip dengan anjing, dan paling sering melakukan balas dendam atau bertindak sebagai wali atas nama Mochi inugami atau "pemilik inugami".


Dalam kebanyakan budaya, anjing dipandang di Jepang sebagai pendamping yang gesit, dan ganas terhadap musuh-musuh tuannya. Dalam cerita rakyat Jepang, anjing sendiri dianggap sebagai makhluk ajaib, salah satu legenda menyatakan bahwa anjing bisa berbicara, namun kehilangan kemampuannya. Ainu masyarakat adat dari Hokkaido menganggap anjing adalah binatang,yang berbahaya dan licik kepada manusia. 

Dalam kepercayaan umum menyatakan bahwa inugami adalah diciptakandengan mengubur anjing sampai ke leher dan menempatkan makanan di sekitarnya, ketika anjing mati, maka akan menjadi inugami, makanan yang ditempatkan di sekitar mayat akan bertindak sebagai persembahan yg mendamaikan, dan membuat roh tersebut patuh. 

Sebuah legenda menyatakan bahwa seorang wanita tua yang ingin membalasdendam terhadap musuhnya mengubur anjing di tanah dengan hanya kepala mencuat keluar, dan berkata "Jika Anda memiliki jiwa, saya akan menyembah anda sebagai dewa. " Dia kemudian menggergaji kepala anjing tersebutdengan sebilah bambu, melepaskan roh anjing sebagai inugami. Inugami akanmelakukan apa yang dia mau, tapi sebagai imbalannya atas kematian menyakitkan itu menghantui wanita tua. 

Di Kepulauan Oki, inugami sama seperti kitsune (rubah) yang berada di wilayah lain di Jepang. Hal ini diyakini bahwa inugami-Mochi (Pemilik Inugami) akan diberkati dengan kekayaan dan kesuksesan, dan bahwa nikmat yang diberikan oleh mereka akan dikembalikan dengan bunga. Namun, dalam pertukaran inugami-Mochi dihindari oleh orang lain, dan sulit untuk menikah, mereka juga harus berhati-hati untuk tidak menyinggung inugami mereka agar mereka tidak menerima murka, tidak seperti kitsune, inugami tidak hanya mengikutikeinginan masternya saja, tetapi juga bekerja pada impuls sendiri. 

Banyak desa-desa kecil di Jepang yang dianggap memiliki setidaknya satu wanita tua dengan kekuatan Mochi inugami-.

Tubuh asli Sebuah inugami itu tetap berada di belakang ketika meninggalkan untuk mengikuti keinginan tuannya; mayat terkubur perlahan layu dan membusuk, dan jika kembali inugami setelah tubuh tidak lagi dihuni,mungkin mengendalikan tubuh tuannya, membuatnya bahkan lebih kuat .Kepemilikan oleh inugami dikatakan untuk menyembuhkan penyakit, atau sakit, namun juga menghasilkan berperilaku seperti anjing yang dimiliki.
Read more

5/06/2015

Amakusa Shiro


Para penggemar film Samurai X pasti atau mungkin mengingat karakter Shogo Amakusa. Karakter Shogo Amakusa sendiri hanya muncul dalam serial Samurai X dan tidak muncul dalam komiknya. Yang menarik dari karakter ini adalah dia diceritakan sebagai pemimpin kelompok Kristen.

Di Jepang sendiri ada tokoh bernama Amakusa Shiro (perhatikan kata “Amakusa”-nya). Amakusa Shiro adalah pemimpin dari pemberontakan Shimabara. Pemberontakan Shimabara adalah pemberontakan petani di Jepang pada masa Shogun Tokugawa . Pemberontakan Shimabara dilatarbelakangi oleh kesewenang – wenangan penguasa, pajak yang tinggi, kelaparan dan tekanan beragama. Ketika para petani itu tidak sanggup lagi mentoleransi penindasan yang mereka alami, mereka pun mulai memberontak.

Amakusa Shiro pada saat pemberontakan baru berusia 15 tahun. ia memilik semboyan bahwa seluruh manusia adalah makhluk yang sederajat dan merdeka. Ia memimpin sekitar 37000 pasukan dan memulai perjuangannya tanggal 17 Desember 1637. Para pasukannya ini berasal dari Semenanjung Shimabara dan Pulau Amakusa dan kebanyakan dari mereka beragama Kristen. Selain petani, para ronin – ronin (samurai tak bertuan) Kristen yang diperlakukan secara tidak adil oleh pemerintah karena agamanya juga bergabung dengan Shiro Amakusa. Pada awalnya, perjuangan para samurai Kirsten ini sukses. Penguasa daerah tidak mampu melawan para samurai ini, maka sebuah surat dikirimkan kepada Shogun Tokugawa yang waktu itu menjadi penguasa Jepang.

Shogun pun mengirimkan balatentaranya untuk menumpas pemberontakan. Akhir cerita dapat diterka, perjuangan ini akhirnya dapat dihancurkan oleh pasukan shogun. Pada saat – saat terakhir, para samurai Kristen yang terdesak mundur ke Benteng Hara, dimana mereka dikepung oleh pasukan shogun. Untuk melemahkan benteng, pihak shogun meminta bantuan Belanda untuk memborbardir benteng lewat laut, sebelum akhirnya mereka mendobrak benteng.

Ada legenda yang menyertai Shiro Amakusa. Untuk membuktikan kepada para petani bahwa ia orang yang benar, pada suatu ketika ia berdoa sambil menghadap langit dengan mata terpejam. Tiba – tiba datanglah seekor burung gereja dan bertengger di tangannya. Burung gereja itu lalu bertelur di tangannya, Shiro pun mengadahkan kedua telapak tangannya untuk menerima telur itu. Pada saat itu ia menemukan bahwa yang berada ditangannya adalah gambar Tuhan Yesus dan gulungan ayat suci. Si burung gereja mengeluarkan kicauan yang berbunyi “Zuiso” sampai tiga kali lalu terbang. Arti dari “Zuiso” dari sendiri adalah “Siapapun yang percaya kepada Tuhan tidak akan binasa pada saat hari penghakiman”.

Perjuangan Shiro Amakusa dan 37000 pengikutnya tentang kemerdekaan dan kesederajatan antar manusia memang telah berakhir pada saat api membakar seluruh Benteng Hara. Tetapi sampai sekarang, keyakinan ini masih tersimpan dalam hati masyarakat Shimabara dan Amakuza.
Read more

4/12/2015

Nagamasa Azai

Asai Nagamasa

Asai Nagamasa (1545-1573)
gelarnya adalah Bizen no kami. Nagamasa dilahirkan di Istana Odani dan anak dari Asai Hisamasa (1524-1573) Daimyo kedua dari keluarga Asai. Tidak seperti ayahnya Hisamasa kurang berpengalaman menjadi pemimpin dari keluarga Asai, hal ini menyebabkan banyak istana jatuh ke tangan musuh. Asai pernah di nikahkan dengan seorang gadis dari klan Rokkaku, tetapi pernikahan itu gagal. Pelayan keluarga Asai setju untuk menurunkan Hisamasa dan menaikkan Nagamasa menjadi pemimpin, pada umur 15 tahun akhirnya Nagamasa menjadi pemimpin klan. 

Dia berhasil membuktikan diri menjadi pemimpin yang pantas bagi klan Asai, Di umur yg masih muda dia berhasil merebut kembali Istana Futo di tahun 1561. dan mengalahkan pasukan Rokkaku di pertempuran Norada. Setelah kesuksesannya, para pelayan mengatakan Nagamasa merupakan reinkarnasi dari kakeknya. Dia selanjutnya menyerang Mino dan bertemu dengan klan Saito. Rokkaku mengambil kesempatan ini untuk merebut Istana Sawayama di Omi, tetapi untungnya Nagamasa memberikan jumlah pasukan yg cukup untuk mengalahkan pasukan Rokkaku. karena bersebrangan dengan Oda Nobunaga dia akhirnya dinikahkan dengan saudara perempuan Oda yg bernama Oichi pada tahun 1564 untuk menghindari perpecahan / pertempuran. Di tahun 1570 Nobunaga yg telah menguasai Kyoto menyerang keluarga Asakura di Echizen.

Walaupun telah menjadi saudara kerabat Nobunaga tetapi pertemanan dengan keluarga Asakura lebih kuat dari pernikahan itu sendiri menyebabkan Azai Nagamasa menolong Asakura dalam melawan Nobunaga. Nagamasa akhirnya mendeklarasikan untuk melawan Nobunaga, pada pertempuran tersebut Nobunaga kalah akhirnya berhasil mundur karena bantuan Tokugawa Ieyashu. Nobunaga dan Ieyashu menyerang Odani pada tahun 1570 untuk mengurangi kekuatan lawan, yang menyebabkan Asakura harus mengirim bantuan untuk pasukan Nagamasa, hal ini menyebabkan pasukan Asakura kalah di pertempuran Anegawa, untuk membalas akan kekalahan tersebut Nagamasa dan Asakura akhirnya berhasil memenangkan pertempuran di Otsu dan membunuh saudara muda Nobunaga. Nagamasa tahu bahwa dirinya akan kalah bila melawan pasukan Oda dan Tokugawa, tapi dia tetap melawan Nobunaga. pada tahun 1571 dan 1572, karena kematian musuh terkuat Nobunaga, Takeda Shingen maka Nobunaga bisa fokus menyerang Omi dan Echizen dan juga pasukan Asakura mengalami krisis dan ini menjadi kesempatan bagi Nobunaga dan Tokugawa untuk menyerang mereka. Pada tahun 1573, Nobunaga menyerang Istana Sawayama yg dijaga oleh Isono Kazumasa. Kazumasa berhasil bertahan selama satu bulan dan akhirnya menyerah, Nagamasa merespon dengan membunuh Ibu dari Kazumasa yg dijadikan sandera. 

Nobunaga akhirnya berencana menyerang Odani untuk kedua kalinya. Mengetahui hal ini Nagamasa memerintahkan Oichi dan ketiga anak wanitanya kembali ke Nobunaga dan Nagamasa melakukan Seppuku bersama dengan anaknya. Salah satu anak dari Nagamasa menjadi selir Toyotomi Hideyoshi dan melahirkan Toyotomi Hideyori. Dia terbunuh di Istana Osaka pada tahun 1615.

Read more

Ieyasu Tokugawa

Dilahirkan dengan nama Matsudaira Takechiyo, Tokugawa Ieyasu kemudian dikenal sebagai salah seorang tokoh yang memunculkan faham kediktaktoran dalam kepemimpinan setelah lama tidak terjadi. Tokugawa Ieyasu sendiri dilahirkan pada tanggal 31 Januari 1543 sebagai keturunan dari pasangan Matsudaira Hirotada dan Odai no Kata.

Matsudaira Hirotada sendiri adalah seorang daimyo yang menguasai Istana Okazaki di Mikawa, sedang sang ibu, Odai no Kata adalah anak perempuan dari seorang Samurai, Mizuno Tadamasa. Setelah kelahiran Tokugawa Ieyasu, kedua orang tuanya pun berpisah cukup lama meski pada akhirnya mereka kembali rujuk. Mereka berpisah setelah sekitar 2 tahun setelah kelahiran anaknya. Sedang masing-masing umur keduanya saat kelahiran Tokugawa Ieyasu adalah 17 tahun untuk Matsudaira Hirotada dan 15 tahun untuk Odai no Kata.

Meski keluarga Matsudaira merupakan salah satu keluarga yang diperhitungkan, dalam internal keluarganya sendiri, keluarga Matsudaira banyak terlibat pertikaian di dalamnya. Puncaknya ketika sekitar tahun 1550, dimana dalam keluarga Matsudaira terdapat dua kubu yang masing-masing ingin menjadi pengikut dari Klan Oda maupun Klan Imagawa. Dan yang menjadi tragisnya, dengan ketidak-sepakatan dalam internal, kakek dari Tokugawa Ieyasu, Matsudaira Kiyoyasu pun harus membayarnya dengan nyawa.

Menginjak tahun 1548, Klan Oda yang melihat keistimewaan di daerah Mikawa pun sgera mencoba melakukan invasi. Namun, rencana trsebut pun kemudian terdengar oleh Matsudaira Hirotada dan segera mungkin meminta bantuan kepada Klan Imagawa untuk dapat membantunya. Hanya saja, meski Klan Imagawa menyetujui untuk melindungi Matsudaira Hirotada, Imagawa Yoshimoto pun meminta jaminan dengan menunjuk Tokugawa Ieyasu sebagai sandera. Lantaran dianggap perlu, Matsudaira Hirotada pun menyetujui permintaan kepala Klan Imagawa tersebut.

Lantaran tidak menginginkan usahanya gagal, Oda Nobuhide yang mengetahui perihal dukungan Klan Imagawa pun kemudian merencanakan untuk melakukan penculikan. Dan berhasil, Oda Nobuhide pun kemudian menculik Tokugawa Ieyasu yang masih berumur 6 tahun tersebut dari pasukan pengiringnya. Setelah aksi penculikan terhadap Tokugawa Ieyasu berhasil, Oda Nobuhide pun kemudian mengancam kepada Matsudaira Hirotada untuk segera memutuskan hubungannya dengan Klan Imagawa atau Tokugawa Ieyasu akan dibunuh. Namun di balik itu semua, demi menunjukkan bukti kesetiaannya kepada Klan Imagawa, Matsudaira Hirotada pun membiarkan Tokugawa Ieyasu terbunuh.

Mendengar penolakan ancaman tersebut, Oda Nobuhide pun menjadi terkejut. Meski Oda Nobuhide sudah mengancam untuk membunuh Tokugawa Ieyasu, Oda Nobuhide ternyata tidak membunuh Tokugawa Ieyasu. Oda Nobuhide malah melindungi Tokugawa Ieyasu sebagai sanderanya di kuil Manshoji di Nagoya.

Menginjak tahun 1549, tepat diusianya yang ke-7 tahun, Tokuigawa Ieyasu mendapatkan kematian sang ayah. Dan di tahun yang sama pula, dengan adanya penyakit yang meliputi tubuh Oda Nobuhide, dirinya pun menemui ajalnya. Dan secara langsung, Oda Nobuhiro yang menjadi anak pertama Oda Nobuhide pun menjadi kepala klan yang baru. Mendengar kabar adanya transisi kepemimpinan, Klan Imagawa yang dipimpin Imagawa Sessai pun segera melancarkan serangan untuk menjatuhkan kekuatan Klan Oda.

Dalam penyerangan tersebut, ternyata Oda Nobuhiro pun tidak mampu mempertahankan istananya hingga keadaan semakin terpuruk. Hingga tahun 1549, 2 tahun setelah kematian Oda Nobuhide, Imagawa Sessai yang hampir menjatuhkan Klan Oda seluruhnya pun mencoba membuat kesepakatan dengan Oda Nobunaga, adik dari Oda Nobuhiro. Dalam kesepakatan tersebut, Imagawa Sessai memberikan opsi tentang keadaan klannya. Jika Oda Nobunaga setuju untuk tunduk kepada Klan Imagawa, maka tali keturunan Klan Oda akan dibiarkan, tapi jika tidak, Klan Oda pun terpaksa dihabisi.

Dengan melihat kesempatan emas tersebut, Oda Nobunaga pun kemudian menyetujui persyaratan Imagawa Sessai untuk menyerah. Hal ini tentu saja bertolak dengan kakaknya yang menginginkan untuk tetap bertahan. Karena perbedaan tersebutlah, tidak diketahui bagaimana selanjutnya, Oda Nobunaga pun kemudian menyerahkan Tokugawa Ieyasu kepada Imagawa Sessai untuk dijadikan sandera di usianya yang ke-9 tahun di Sumpu.

Dan dengan menjadinya Tokugawa Ieyasu sebagai sandera Klan Imagawa, secara tidak langsung, Tokugawa Ieyasu pun berangsur menjadi pengikut setia Klan Imagawa. Hingga memasuki tahun 1556, saat usia Tokugawa Ieyasu beranjak 15 tahun, Tokugawa Ieyasu yang sebelumnya masih menggunakan nama keluarganya, Matsudaira Takechiyo pun mengganti namanya menjadi Matsudaira Jirōsaburō Motonobu. Dan setahun selanjutnya, Tokugawa Ieyasu pun kmbali mengganti namanya menjadi Matsudaira Kurandonosuke Motoyasu setelah menikahi istri pertamanya.

Sebagai pengikut Klan Imagawa, setelah dinilai mencukupi umur, Tokugawa Ieyasu pun kemudian mendapatkan perintah untuk segera menyerang Klan Oda. Dan dalam penyerangannya tersebut, Tokugawa Ieyasu pun kemudian memenangkan pertempurannya di Terabe.

Melihat kekalahan yang menyedihkan pada Klan Oda, pada tahun 1560, Oda Nobunaga pun kemudian menjadikan dirinya sebagai kepala klan setelah Oda Nobuhiro meninggal. Dengan adanya pengangkatan Oda Nobunaga sebagai kepala klan baru, Oda Nobunaga pun kemudian membuat kesepakatan dengan Tokugawa Ieyasu.

Tidak diketahui dengan jelas memang bagaimana bentuk kesepakatan tersebut. Hanya saja, ketika Yoshimoto diangkat sebagai panglima tertinggi dari Klan Imagawa untuk menyerang kembali Klan Oda, Tokugawa Ieyasu enggan untuk membantu hingga menyebabkan kematian Yoshimoto itu sendiri di Pertempuran Okehazama.

Pembelotan Tokugawa Ieyasu tersebut diduga dengan adanya penyanderaan istri dan anaknya yang bernama Matsudaira (Tokugawa) Nobuyasu oleh Klan Imagawa. Itu sebab, setelah Yoshimoto menemui ajalnya, Tokugawa Ieyasu pun kemudian memecahkan diri dengan Klan Imagawa dan segera menduduki Kaminojo dan membangun istananya sendiri. Dan merasa mampu menjadi pemimpin, Tokugawa Ieyasu pun kemudian mrombak seluruh kepengurusan klannya dan menjadikannya sebagai kepala klan yang baru serta memposisikan beberapa panglim aperang yang disebarkan di tanah kelahirannya, Mikawa. Beberapa yang mnjadi manusia pilihannya meliputiHonda Tadakatsu, Ishikawa Kazumasa, Koriki Kiyonaga, Hattori Hanzō, Sakai Tadatsugu, danSakakibara Yasumasa.

Karir Tokugawa Ieyasu memang terbilang sangat mengesankan. Bahkan keajaiban pun kerap menemaninya. Bahkan dalam penguasaan tanah kelahirannya pun, Tokugawa Ieyasu yang sempat bersiteru dengan pasukan Mikawa Monto dan hampir menyebabkan kematiannya. Namun demikian, Tokugawa Ieyasu pun tidak kunjung mati.

Memasuki tahun 1567, nama Tokugawa Ieyasu itu sendiri pun digunakannya secara resmi setelah sebelumnya menggunakan nama Matsudaira Kurandonosuke Motoyasu. Dan pada tahun berikutnya (1568), setelah Tokugawa Ieyasu berhasil memiliki wilayah kekuasannya sendiri, dirinya bersama Takeda Shingen pun sepakat untuk menggulingkan kekuasaan Klan Imagawa. Dan dengan adanya kesepakatan tersebut, keduanya pun berhasil menguasai wilayah kekuasaan Klan Imagawa, masing-masing diantaranya adalah Takeda Shingen yang menguasai provinsi Saruga dan Tokugawa Ieyasu sendiri berhasil menguasai provinsi Tōtōmi.

Merasa memiliki wilayah kekuasaan yang semakin luas, Tokugawa Ieyasu pun kemudian memutuskan untuk tidak kembali bekerjasama dengan Takeda Shingen. Mendengar kabar tidak mengenakkan tersebut, Takeda Shingen pun kemudian merangkul Klan Hōjō. Dan menginjak bulan Oktober 1571, Takeda Shingen bersama Klan Hōjō pun sepakat untuk menundukkan provinsi Tōtōmi.

Mendengar kemarahan dari pihak Klan Takeda, Tokugawa Ieyasu pun kemudian segera meminta bantuan kepada Klan Oda untuk mengirimkan pasukannya. Dan dengan dikirimnya bantuan dari Klan Oda, Tokugawa Ieyasu pun akhirnya menyepakati pertempurannya dengan Takeda Shingen pada tahun 1573. Dengan adanya pertempuran mereka yang disebut dengan Pertempuran Mikatagahara, Tokugawa Ieyasu akhirnya menemui kekalahannya yang sangat besar. Namun demikian, Tokugawa Ieyasu yang kembali selamat pun kembali membangun kekuatannya.

Sebuah keberuntungan kembali memihak kepada Tokugawa Ieyasu yang kemudian mendapatkan berita kematian Takeda Shingen di tahun bersamaan jatuhnya Tokugawa Ieyasu. Dan dengan kembali meminta bantuan Klan Oda, Tokugawa Ieyasu pun kembali merebut kekuasaannya yang pernah jatuh.

Dengan kematian Takeda Shingen, Klan Takeda pun kemudian dilanjutkan oleh anaknya, Takeda Katsuyori. Dan dengan peralihan kekuasaan tersebut, ternyata tidak mampu menjaga kekuatannya sebelumnya yang mampu mengusir Tokugawa Ieyasu dari provinsi Tōtōmi. Dan tepat pada tahun 1575, dengan bantuan tentara dari Klan Oda yang mencapai 30.000 pasukan, Tokugawa Ieyasu akhirnya mampu menundukkan wilayahnya kembali dengan mengusir Takeda Katsuyori kembali ke provinsi Kai pada tanggal 28 Juni 1575.

Meski Takeda Katsuyori telah kalah dalam pertempurannya, Takeda Katsuyori ternyata kembali mengatur rencananya untuk membalas dendam. Dalam pembalsan dendam tersebut, istri dan anak Tokugawa Ieyasu yang masih dijadikan sandera pun ditugasi untuk membunuh Oda Nobunaga karena telah melakukan kesalahan dengan membantu Tokugawa Ieyasu. Tepat pada tahun 1579, setelah Tokugawa Ieyasu mengetahui rencana Takeda Katsuyori yang menggunakan istri dan anaknya pun tidak ambil diam. Istrinya pun kemudian dihukum mati oleh Tokugawa Ieyasu itu sendiri dan sedang Matsudaira Nobuyasu, anaknya pun disuruh untuk melakukan seppuku.

Setelah urusan internal keluarganya usai, Tokugawa Ieyasu bersama pasukan Klan Oda pun kemudian menyerang pusat kekuatan Klan Takeda yang berada di provinsi Kai. Dan dalam Pertempuran Temmokuan itulah Takeda Katsuyori dan anaknya, Takeda Nobukatsu pun mengalami kekalahan dan kematiannya di tahun 1582.

Kematian Oda Nobunaga pada tahun 1582, menyebabkan dendam tersendiri bagi Tokugawa Ieyasu. Dengan dirinya yang berada di Osaka, Tokugawa Ieyasu pun mencoba untuk mengejar Akechi Mitsuhide, seorang yang telah membunuh Oda Nobunaga. Hanya sajka, usahanya tersebut pun sia-sia lantaran Toyotomi Hideyoshi ternyata lebih dahulu mengalahkan Akechi Mitsuhide dalam Pertempuran Yamazaki. Namun demikian, setelah Tokugawa Ieyasu mengetahui keterlibatan salah satu penguasa besar di provinsi Kai, Tokugawa Ieyasu pun mencoba mengisolasi provinsi tersebut dengan mengerahkan seluruh kekuatannya.

Di sisi lain, Hōjō Ujimasa, pemimpin tertinggi bagi Klan Hōjō pun juga mengerahkan pasukan besarnya untuk menghadang gerakan Tokugawa Ieyasu. Hanya saja, keduanya akhirnya sepakat untuk tidak mengangkat senjatanya masing-masing setelah terjadi pertemuan diantara keduanya. Dalam kesepakatan tersebut, Tokugawa Ieyasu berhak mengatur dan mengambil alih kekuasaan di seluruh wilayah provinsi Kai dan Shinano, sedang Hōjō Ujimasa mendapatkan wilayah provinsi Kazusa. Dan di tahun yang bersamaan, tahun 1583, Toyotomi Hideyoshi pun kemudian menjadi seorang daimyo yang berkuasa sebagai pengganti kekuasaan Oda Nobunaga setelah mengalahkan Shibata Katsuie.

Sebagai dua individu yang sama-sama ingin menguasai Jepang secara utuh, Tokugawa Ieyasu dan Toyotomi Hideyoshi pun akhirnya terlibat dalam pertikaian. Dengan dikirimnya pasukan Tokugawa Ieyasu untuk menundukkan provinsi Owari, Toyotomi Hideyoshi pun melakukan hal yang serupa untuk menantang kekuatan Tokugawa Ieyasu. Hanya saja, dalam kesempatan kali pertama tersebut, pasukan Toyotomi Hideyoshi ternyata tidak mempu membendung kekuatan Tokugawa Ieyasu. Namun demikian, setelah beberapa waktu kemudian, Toyotomi Hideyoshi pun akhirnya melakukan negosiasi dengan lawannya tersebut. Dan dalam kesepakatannya, Toyotomi Hideyoshi pun memebrikan keamanan kepada Oda Nobuo dan membiarkan Tokugawa Ieyasu kembali dengan urusannya. Dan sebagai jaminannya, O Gi Maru atau yang kemudian dikenal dengan Yūki (Matsudaira) Hideyasu, anak kedua Tokugawa Ieyasu pun harus dijadikan sandera dan anak angkat dari Toyotomi Hideyoshi.

Meski keduanya akhirnya memilih jalan perdamaian, ketika Toyotomi Hideyoshi yang sedang melakukan penyerangan di Shikoku dan Kyushu pun tidak mendapatkan bantuan dari Tokugawa Ieyasu itu sendiri.

Di tahun 1590, Toyotomi Hideyashi pun kemudian terlibat bentrok dengan Klan Hōjō. Dalam bentrokan tersebut, Toyotomi Hideyoshi meminta kepada Hōjō Ujimasa, seorang penguasa dari Klan Hōjō yang menguasai 8 provinsi di Kantō untuk segera tunduk kepadanya. Namun usulan tersebut pun kemudian ditolak Hōjō Ujimasa. Merasa ditolak, Toyotomi Hideyoshi pun segera melancarkan serangannya. Sedang di sisi lain, Hōjō Ujimasa yang sebelumnya menjadi rekan Tokugawa Ieyasu pun segera meminta bantuan.

Dalam pertempuran tersebut, Toyotomi Hideyoshi pun kemudain dihadapkan dengan pasukan gabungan Hōjō Ujimasa-Tokugawa Ieyasu yang sebesar 60.000 Samurai yang terlatih. Namun haltersebut tentu tidak sepadan dengan pasukan Toyotomi Hideyoshi itu sendiri yang mencapai 160.000 pasukan. Dan selama pertempuran berlangsung di Istana Odawara, Toyotomi Hideyoshi yang mengetahui keterlibatan Tokugawa Ieyasu yang membantu Hōjō Ujimasa pun kemudian mencoba membuat kesepakatan. Dalam kesepakatan tersebut, Toyotomi Hideyoshi yang menginginkan wilayah Klan Hōjō pun memberikan 5 dari 8 provinsi kekuasaan Hōjō Ujimasa kepada Tokugawa Ieyasu jika dirinya mau berdiri di belakang (tunduk) Toyotomi Hideyoshi.

Merasa ingin memiliki daerah kekuasaan yang lebih luas, Tokugawa Ieyasu pun kemudian menerima kesepakatan tersebut dan menghianati Hōjō Ujimasa. Dalam pertempuran tersebut, Tokugawa Ieyasu bersama Toyotomi Hideyoshi pun akhirnya mampu mengalahkan Hōjō Ujimasa. Dan sesuai perjanjiannya, Tokugawa Ieyasu pun kemudian mendapatkan 5 provinsinya dan tunduk kepada Toyotomi Hideyoshi. 5 provinsi yang dikuasainya kemudian meliputi Mikawa itu sendiri, Tōtōmi, Suruga, Shinano, dan Kai.

Dalam pengaruh kekuasaannya yang baru, Tokugawa Ieyasu pun kemudain mengerahkan seluruh pasukannya ke selkuruh wilayah kekuasaannya tersebut dan mendirikan Istana Edo di Kantō. D\Sedang dalam pergerakan internalnya, Tokugawa Ieyasu yang akhirnya menguasai wilayah Klan Hōjō pun mengambil alih seluruh pasukannya yang tersisa. Bukan hanya itu saja, Tokugawa Ieyasu ternyata juga merombang seluruh tatanan Kantō. Tokugawa Ieyasu kemudian mengisolasi dari seluruh peradaban Jepang yang sedang kalut dan mengatur segi keekonomiannya berdasarkan aturan Toyotomi Hideyoshi. Bahkan ketika Toyotomi Hideyoshi sedang melakukan invasinya ke Joseon, Tokugawa Ieyasu pun tidak mengambil peran. Lantaran kekuatan Tokugawa Ieyasu semakin besar, dirinya pun kemudian dikenal sebagai daimyo kedua yang berpengaruh saat itu. Hingga akhirnya Tokugawa Ieyasu sendiri menjadi seorang yang paling dimusuhi dikalangan pengikut keluarga Toyotomi saat Toyotomi Hideyoshi menemui ajalnya.

Setelah kematian Toyotomi Hideyoshi tersebut, Tokugawa Ieyasu yang kemudian bentrok dengan Ishida Mitsunari pun akhirnya mampu menguasai keseluruhan Jepang dengan diangkatnya dirinya mejadi Sei I Tai Shogun oleh Kaisar Goyōzei pada tahun 1603 setelah menang dari Pertempuran Sekigahara (15 September 1600).

2 tahun setelah dirinya menjadi Shogun, Tokugawa Ieyasu pun kemudian menyerahkan jabatannya kepada sang anak, Tokugawa Hidetada pada tahu 1605. Hanya saja, Tokugawa Ieyasu yang kemudian menempati Istana Sunpu pun masih mendikte kekuasaan anaknya hingga kematiannya sendiri. Dan dalam pendikte-annya, Tokugawa Ieyasu yang menjabat sebagai Ōgosho (pensiunan Shogun) pun melanjutkan pembangunan Istana Edo yang belum kelar.

Di akhir hayatnya, Tokugawa Ieyasu yang sedang mengidap penyakit kanker (sebagian data menyebuitkan penyakitnya adalah syphilis) akhirnya meninggal pada usianya yang ke-73 tahun pada tanggal 1 Juni 1616. Dan kematiannya sendiri pada awlanya di percaya di kuburkan di makam Gongen yang dibangun dengan besar dan indah di Kunōzan (Kunōzan Tōshōgū). Dan setahun kemudian, setelah perayaan kematiannya, makam Tokugawa Ieyasu pun dipindahkan ke kuil Nikkō(Nikkō Tōshōgū).

Kematiannya tersebut, Tokugawa Ieyasu akhirnya meninggalkan 19 istri (dan selir/dayang/simpanan) beserta 11 putra dan 5 putri serta cucu. Kesebelas putranya tersebut adalah Matsudaira Nobuyasu, Yūki Hideyasu, Tokugawa Hidetada, Matsudaira Tadayoshi, Takeda Nobuyoshi, Matsudaira Tadateru, Matsuchiyo, Senchiyo, Tokugawa Yoshinao, Tokugawa Yorinobu, dan Tokugawa Yorifusa. Dan kelima putrinya adalah Kame Hime, Toku Hime, Furi Hime, Matsu Hime, Eishōin Hime, dan Ichi Hime. Sedang cucu yang ditinggalkankannya yang dilahirkan semasa Tokugawa Ieyasu masih hidup adalah Tokugawa Yorinobu (daimyo provinsi Kii), Tokugawa Yoshinao (daimyo provinsi Owari), dan Tokugawa Yorifusa (daimyo provinsi Mito).
Read more

Hideyoshi Toyotomi



Toyotomi Hideyoshi (1536-1581) adalah shogun Jepang yang menyatukan Jepang.
Hideyoshi adalah anak seorang petani miskin yang bekerja keras. Sebagai anak laki-laki, Hideyoshi percaya kalau nanti dia menjadi shogun, dia akan memastikan petani tidak perlu bekerja keras.

Ketika sudah besar, Hideyoshi menjadi prajurit shogun Oda Nobunaga yang mencoba menyatukan Jepang secara paksa. Suatu hari, 
menurut legenda, Hideyoshi menghangatkan sepatu musim dingin Nobunaga. Lalu Nobunaga mengangkatnya sebagai jenderal.

Hideyoshi membuktikan dirinya sebagai jenderal yang brilian dan ketika Nobunaga dibunuh Hideyoshi meneruskan apa yang ingin dicapai Nobunaga yaitu menyatukan Jepang tapi dengan peraturan yang baik dan juga dengan senjata.

Tahun 1591 Hideyoshi menyatukan Jepang. Tapi dia tetap memisahkan kelas ksatria dengan petani.

Usaha menciptakan pemerintahan yang mistis, Hideyoshi meminta ahli Zen yaitu Sen No Rikkyu untuk menyempurnakan upacara minum teh. Setelah itu, jiwa Hideyoshi terganggu. Karena mencurigai kepala penasihatnyaHidetsugu berkomplot, dia lalu membunuh keluarga Hidetsugu, termasuk Putri Komahimeyang cantik. Ayah Komahime, Yoshiaki, bergabung dengan musuh Hideyoshi yaitu pahlawan Tokugawa Ieyasu, dalam pertempuran hebat yang menjatuhkan Hideyoshi.

Para ahli teh yang hebat menyatakan bahwa mereka keturunan Sen Rikkyu, yang dipaksa Hideyoshi bunuh diri karena dituduh merendahkannya.
Read more

Kojiro Sasaki



A. Sejarah
Sasaki Kojiro ( disebut juga Ganryu Kojiro ) lahir tahun 1585 – 13 April 1612. Seorang samurai jepang yang lahir di daerah Fukui yang hidup dari jaman Sengoku sampai awal jaman Edo. Pertarungan dia dengan Miyamoto Musashi di Ganryu Island menjadi sejarah sampai sekarang. Sasaki Kojiro beraliran pedang Ganryu yang juga dijadikan nama sebuah dojo yang dia dirikan. Dikatakan bahwa Sasaki Kojiro belajar gaya berpedang Chujo-ryu dari Kanemaki Jisai (murid Toda Seigen). Kanemaki Jisai sendiri adalah master menggunakan kodachi ( pedang kecil yang digunakan sebagai pendamping pedang katana ). Kojiro menjadi lawan tanding bagi gurunya karena gurunya sendiri memakai kodachi sedangkan kojiro menggunakan nodachi atau pedang panjang, karena ini lah mereka semakin terasah dalam menggunakan masing2 senjatanya. Setelah Kojiro mengalahkan adik termuda gurunya dia pergi dari dojo dan mendirikan dojonya sendiri yang bernama Ganryu. Karena kepopuleran dojo dan banyaknya duel yang dimenangkan ( salah satunya ketika bertahan dari 3 orang sekaligus yang menyerang dia hanya dengan kipas kertas ), Kojiro diberi kehormatan oleh Lord Hosokawa Tadaoki sebagai kepala persenjataan dari Hosokawa Fief di utara Kyushu. 

Kojiro di kenal mahir menggunakan Nodachi ( pedang jepang dua tangan ) dan menggunakan salah satu pedangnya yang bernama “The Laundry-Drying Pole” sebagai senjata utamanya. Sasaki Kojiro menjadi rival dari Musashi Miyamoto yang menurut Miyamoto Musashi sendiri mengakui kalau Sasaki Kojiro adalah lawan yang tangguh, ada banyak pertarungan antara mereka berdua tetapi yang paling banyak dijadikan cerita pada saat di Pulau Ganryu. Awalnya Musashi Miyamoto mendengar kepopuleran Kojiro dan Miyamoto Musashi meminta Lord Hosokawa Tadaoki untuk mengatur duel antara mereka berdua. Pertarungan disiapkan pada tanggal 13 April 1612 di Pulau Ganryujima of Funashima (Pulau antara Honshu dan Kyushu). Menurut sejarah Musashi datang terlambat sekitar 3 jam dan ketika Kojiro berteriak marah kepada Musashi hanya tersenyum. Karena marah Kojiro langsung bertarung dengan dipenuhi amarah, dengan teknik andalannya “Swallow Blade Cut’s” dia berusaha mengalahkan Musashi.Sayangnya Musashi lebih dulu memukul iga kiri Kojiro yang menyebabkan patah dan menusuk paru-parunya yang menyebabkan kematian bagi Kojiro. Sebuah patung didirikan di jembatan kintai antara iwakuni dan shinwakuni. 

B. “The Laundry-Drying Pole” / “Monohoshi Zao”
Senjata favorit Kojiro yang merupakan nodachi dengan panjang 90 cm ( untuk dibandingkan dengan katana biasa yang panjangnya 70 cm ) pedang itu termasuk panjang. walaupun pedang itu panjang dan berat kojiro bisa menggunakan dengan cepat dan terarah, hal ini masih menjadi misteri bagaimana dia bisa mengontrol senjatanya dengan baik. Pedang itu dibuat oleh Bizen Nagamitsu (salah satu murid dari Masamune)


1. Pedang pertama 120 cm
2. Pedang kedua 122 cm
3. Pedang ketiga 90 cm
4. Pedang keempat 70 cm


Untuk membandingkannya dapat dilihat di gambar dibawah ini, membandingkan pedang pertama dengan pedang ketiga. Pedang pertama biasanya dipakai saat berada diatas kuda agar jangkauannya sampai ke musuh. Sedangkan pedang ketiga biasanya dipakai saat tidak berkuda untuk pertarungan satu lawan satu yang biasanya dilakukan samurai saat menjaga kehormatannya.


C. “Swallow Cut” / “Tsubame Gaeshi”
Berdasarkan legenda teknik ini ditemukan oleh Sasaki Kojiro, pendiri aliran pedang Gan-ryu. Suatu teknik andalan Kojiro yang ditakuti pada masa feodal, dan alasan diberikan nama seperti itu karena mirip dengan pergerakan ekor burung layang2 yang sedang terbang menukik dan naik. Dia menemukan teknik ini ketika dia melihat burung layang2 yang terbang di Kintaibashi Bridge di Iwakuni. Teknik ini dilakukan dengan cara membalas tebasan lawan dengan cepat dari arah atas ke bawah dan kembali keatas dengan cepat, ketika penyerang menebaskan pedangnya Sasaki Kojiro menahan dari arah samping dan kemudian menebas balik lawannya dan kembali pada posisi awal dia memegang pedang. Arah tebasan dari teknik ini belum bisa diketahui karena teknik ini bisa digunakan baik dari atas kebawah maupun sebaliknya, teknik ini bisa disamakan dengan menggabungkan kedua teknik Itto-ryu Kinshi Cho Ohken dan Ganryu Kosetsu, tekniknya memotong dari atas ke bawah kemudian memotong langsung ke atas dengan kecepatan yang tinggi. Sampai saat ini umur pasti dari Sasaki Kojiro masih menjadi misteri, karena penanggalan jaman jepang kuno dengan sekarang sangat berbeda. tapi banyak penggambaran mengenai wajah ataupun karakter yang sudah melenceng dari aslinya.
Read more

Yukimura Sanada



Sanada Yukimura (真田 幸村?) (? 1567 - 3 Juni 1615) adalah samurai Jepang, anak kedua dari daimyo Sanada Masayuki pada masa perang sipil/ periode Sengoku yang mengabdi pada klan Takeda. Nama lainnya adalah Sanada Nobushige (真田 信繁?) mengikuti nama adik Takeda Shingen, Takeda Nobushige yang adalah seorang prajurit yang berani dan terhormat.

Tahun 1582, aliansi Oda Nobunaga dan Tokugawa Ieyasu menghancurkan klan Takeda sehingga klan Sanada pun menyerah pada Oda Nobunaga. Namun setelah Nobunaga terbunuh dalam Insiden Honouji, klan Sanada menjadi independen tanpa tuan. Mereka berturut-turut mengabdi pada klan-klan kuat pada masa itu seperti Uesugi, Hojo, dan Tokugawa. Tahun 1585, Yukimura dikirim sebagai sandera untuk klan Uesugi oleh ayahnya, dia tinggal disana dibawah pengawasan Suda Chikamitsu. Setelah kembali, dia menikahi salah seorang anak perempuan Otani Yoshitsugu.

Tahun 1600, Pertempuran Sekigahara meletus antara pasukan barat yang dipimpin Ishida Mitsunari, wali klan Toyotomi dan pasukan timur yang dipimpin Tokugawa Ieyasu. Dalam pertempuran ini Yukimura dan ayahnya, Masayuki berpihak pada pasukan barat, namun kakaknya, Sanada Nobuyuki berpihak pada Tokugawa. Yukimura meraih popularitasnya dalam pertahanan Kastil Ueda dimana dia menahan 40.000 tentara yang dipimpin Tokugawa Hidetada hanya dengan 2000 orang. Tokugawa Ieyasu hampir menghukum mati seluruh klan Sanada karena perlawanan mereka yang keras itu, namun karena memandang Nobuyuki yang berpihak padanya, dia hanya mengasingkan Yukimura dan Masayuki ke Kudoyama, provinsi Kii. Disana, Masayuki meninggal, desas-desus mengatakan dia dibunuh atas perintah Tokugawa Ieyasu.

Duabelas tahun kemudian, hubungan antara klan Tokugawa dan Toyotomi mulai memanas kembali, Ieyasu merasa Toyotomi Hideyori yang telah menginjak usia dewasa menjadi ancaman baginya. Klan Toyotomi sendiri juga mulai menghimpun kekuatan kembali untuk membalas kekalahan di Sekigahara, mereka merekrut para ronin/ samurai tak bertuan untuk menghadapi Tokugawa. Tahun 1614, Yukimura meloloskan diri dari Kii dan mengabdikan diri pada Toyotomi. Musim dingin tahun itu, Kastil Osaka kediaman Toyotomi dikepung. Yukimura memperkuat pertahanan di sebelah selatan kastil yang lemah, dari sini dia bertempur dengan pasukan Tokugawa dengan menggunakan senjata api. Pasukannya yang berjumlah 7000 orang bertahan dengan gigih menahan 10.000 pasukan Tokugawa selama sebulan. Menghadapi situasi ini, Tokugawa menawarkan negosiasi damai. Hideyori menerima negosiasi ini sehingga memberi kesempatan bagi Tokugawa untuk menghimpun kekuatan untuk mengadakan penyerangan lagi tahun berikutnya.

Mei 1915, dalam Pertempuran Musim Panas Osaka, Yukimura tidak lagi bertempur secara defensif, kali ini dia melancarkan penyerbuan berskala besar langsung ke posisi penting pasukan musuh. Serbuannya begitu dahsyat sehingga beberapa kali berhasil menerobos kemah utama Tokugawa. Bahkan konon kabarnya Tokugawa sendiri hampir melakukan bunuh diri karenanya, namun cerita ini sepertinya hanya dramatisasi saja. Yukimura menerobos kemah utama sebanyak tiga kali dan hampir mendekati Tokugawa dalam jarak beberapa meter saja. Dalam kepungan pasukan Tokugawa dia bertempur dengan gagah berani. Namun dia harus tumbang karena jumlah pasukan musuh yang demikian banyaknya, tubuhnya sudah lelah dan penuh luka. Dalam kondisi demikian, dia membuka helmnya dan berseru “Aku Sanada Yukimura, seorang musuh yang sepadan dengan kalian, namun aku sudah terlalu lelah untuk bertempur !”. Seorang samurai Tokugawa, Nishio Nizaemon menerjang ke arahnya dan mengakhiri hidupnya.

Yukimura adalah seorang jago pedang, ahli strategi dan jendral berbakat yang disegani kawan maupun lawan. Tokugawa sendiri mengaguminya dan memendam rasa takut padanya hingga ajalnya. Kematiannya yang heroik membuatnya dianggap sebagai prajurit terhebat dan tokoh paling populer dalam periode Sengoku. Dia seringkali dijuluki pahlawan yang muncul setiap seratus tahun sekali. Legenda mengatakan dia juga anggota salah satu perkumpulan ninja dan mempunyai sepuluh bawahan yang dikenal sebagai Sepuluh Pendekar Sanada yang adalah kaum ninja, mereka adalah :

1.Sarutobi Sasuke
2.Kirigakure Saizo
3.Miyoshi Sekai
4.Miyoshi Isa
5.Anayama Kosuke
6.Unno Rokuro
7.Kakei Juzo
8.Nezu Jinpachi
9.Mochizuki Rokuro
10.Yuri Kamanosuke
Read more

Tadakatsu Honda



Honda Tadakatsu (1548-1610) adalah samurai dimasa perang saudara Jepang/ periode Sengoku yang mengabdi pada Tokugawa Ieyasu sejak memulai karirnya dari awal hingga menjadi Shogun yang mempersatukan Jepang. Namanya mulai dikenal sejak Pertempuran Anegawa (1570) dimana pasukan gabungan Tokugawa dan Oda Nobunaga mengalahkan pasukan klan Azai dan Asakura. Dalam Pertempuran Mikatagahara(1572), bersama Okubo Tadayo dia berhadapan dengan pasukan klan Takeda. Honda memimpin sayap kiri pasukan Tokugawa dan bertempur melawan pasukan Takeda yang dikomandani Naito Masatoyo. Dalam pertempuran itu pasukan Tokugawa kalah, namun dapat meloloskan diri dari kehancuran tragis berkat kepemimpinannya. Tiga tahun kemudian, dia memimpin pasukan senapan dalam Pertempuran Nagashino (1575). Disinilah dendam atas kekalahannya dulu terbalaskan, pasukan Takeda dibawah pimpinan Takeda Katsuyori kehilangan lebih dari 10.000 pasukannya dan Katsuyori sendiri melarikan diri. Keperkasaannya di medan perang dibuktikannya sekali lagi dalam Pertempuran Komaki-Nagakute dimana pasukan Tokugawa berhadapan dengan pasukan Toyotomi Hideyoshi. Saat itu Tokugawa kalah dan terpaksa melarikan diri dari kejaran Hideyoshi. Hanya dengan beberapa prajutitnya, Honda bersama Ishikawa Yasumichi menghadang pasukan pengejar yang jumlahnya jauh lebih besar (sekitar 1 banding 50) di sekitar Sungai Shonai. Hideyoshi takjub melihat keberanian dan keperkasaannya sehingga dia memerintahkan pasukannya agar jangan mencelakainya. Tahun 1586, dia mengawal Tokugawa ke Kyoto dan dianugerahi gelar Nakatsukasa-taiyu. 

Tahun 1590, setelah Tokugawa dan Hideyoshi berdamai, dia turut berpartisipasi dalam pengepungan Kastil Odawara menundukkan klan Hojo. Selanjutnya dia juga ikut dalam invasi Hideyoshi menaklukkan Korea. Setelah Hideyoshi mangkat, dia turut berperang dalam Pertempuran Sekigahara (1600), pertempuran besar yang paling menentukan dalam sejarah Jepang melawan keturunan Hideyoshi dan daimyo-daimyo yang pro padanya. Atas jasanya itu, Tokugawa menganugerahinya daerah yang subur dan luas di Izu (Kuwana). Honda wafat pada tahun 1610, dia dianggap sebagai salah satu jendral Tokugawa yang paling setia dan paling perkasa, bahkan konon kabarnya dia tidak pernah terluka serius sekalipun dalam setiap pertempurannya. Dalam medan perang dia dapat dikenali dari helmnya yang berhiaskan tanduk rusa. Pelayanannya pada Tokugawa diteruskan oleh anak-anaknya Tadamasa ( 1575-1638 ) dan Tadatomo (1582-1615) yang keduanya juga berjasa dalam pertempuran berikutnya, yaitu Pertempuran Osaka (1614 dan 1615).
Read more

Musashi Miyamoto



A. Sejarah
Miyamoto Musashi (1584 – 1645), atau biasa disebut Musashi saja, adalah seorang samurai dan ronin yang sangat terkenal di Jepang pada abad pertengahan. Ia diperkirakan lahir pada sekitar tahun 1584, dan meninggal tahun 1645. Nama lengkapnya adalah Shinmen Musashi No Kami Fujiwara No Genshin. Panggilan masa kecil Musashi adalah Bennosuke. Nama Musashi sendiri adalah nama kuno sebuah daerah di barat daya Tokyo. Nama No Kami berarti kaum bangsawan daerah setempat. Pada umumnya, Fujiwara adalah nama asal dari keluarga leluhur para bangsawan di Jepang yang diturunkan ribuan tahun yang lalu. Nenek moyang keluarga Musashi (Hirada/Hirata) adalah keturunan keluarga Shinmen, penguasa di Kyushu, pulau bagian selatan Jepang. Ayah Musashi, Munisai Hirata, meninggal ketika ia diperkirakan baru berusia 7 tahun. Setelah ibunya kemudian juga meninggal, maka Musashi kemudian ikut paman dari pihak ibu. Dengan demikian, ia sudah yatim piatu ketika Toyotomi Hideyoshi menyatukan Jepang pada tahun 1590. Tidak jelas apakah keinginan bermain Kendo adalah berkat pengaruh pamannya ataukah keinginan Musashi sendiri. 

B. Perjalanan Hidup
Musuh pertama Musashi ditemuinya ketika ia baru berusia 13 tahun. Ia adalah Arima Kihei, samurai perguruan Shinto Ryu bidang seni militer yang terampil bermain pedang dan tombak. Musashi mengalahkannya dengan cara melemparnya ke tanah dan memukulnya dengan tongkat, sehingga musuhnya tersebut mati berlumuran darah. Ketika ia berusia 16 tahun, Musashi mengalahkan lawan berikutnya, dan sejak itu ia kabur dari rumah dan terlibat dalam berbagai kontes pertarungan dan peperangan sampai ia berusia 50 tahun. Musashi mengembara keliling Jepang dan menjadi legenda. Berbagai musuh terkenal pernah dikalahkannya, antara lain samurai-samurai keluarga Yoshioka di Kyoto, jagoan ilmu tongkat kondang Muso Gonosuke di Edo, bangsawan Matsudaira di Izumo, dan Sasaki Kojiro di Bunzen. Salah satu peperangan terkenal yang sering dikatakan melibatkan Musashi adalah Pertempuran Sekigahara di tahun 1600, antara pasukan Tokugawa Ieyasu dan pasukan pendukung pemerintahan Toyotomi Hideyori, dimana ribuan orang tewas terbantai dalam peperangan itu sendiri dan pembantaian sesudahnya oleh tentara pemenang perang. Saat itu Musashi memihak pasukan Toyotomi Hideyori (anak dari Toyotomi Hideyoshi). Setelah melewati periode pertarungan (terakhir melawan Sasaki Kojiro) dan peperangan tersebut, Musashi kemudian menetap di pulau Kyushu dan tidak pernah meninggalkannya lagi, untuk menyepi dan mencari pemahaman sejati atas falsafah Kendo. Setelah sempat meluangkan waktu beberapa tahun untuk mengajar dan melukis di Kuil Kumamoto, Musashi kemudian pensiun dan menyepi di gua Reigendo. Di sana lah ia menulis Go Rin No Sho, atau Buku Lima Cincin/Lima Unsur. Buku ini adalah buku seni perang yang berisi strategi perang dan metode duel, yang diperuntukkan bagi muridnya Terao Magonojo. Namun oleh peneliti barat, buku ini dianggap rujukan untuk mengenal kejiwaan dan pola berpikir masyarakat Jepang. Buku ini menjadi klasik dan dijadikan rujukan oleh para siswa Kendo di Jepang. Musashi dianggap sedemikian hebatnya sehingga di Jepang ia dikenal dengan sebutan Kensei, yang berarti Dewa Pedang. Tak lama setelah itu, Musashi meninggal di Kyushu pada tahun 1645.


C. Bokken / Bokuto
Bokken adalah pedang kayu jepang yang biasa digunakan untuk berlatih. Biasanya ukuran dan beratnya disamakan dengan katana dan juga biasanya mirip dengan Wakizashi ataupun Tanto. Bokken mirip dengan Shinai (pedang kayu yg digunakan atlit kendo) tapi tingkat kekerasan Bokken lebih baik daripada Shinai. Bokken bisa dibuat dengan mengambil beberapa style dari senjata diantaranya : nagamaki, no-dachi, yari, naginata kama. Jenis – jenis Bokken (Pedang Kayu) :
1. Daito atau (ukuran seperti katana), pedang panjang.
2. Shoto atau kodachi atau wakizashi bo (ukuran wakizashi),pedang pendek.
3. Tanto bo (ukuran tanto)
4. Suburito dapat dibuat berdasarkan ukuran daito atau sozo yang digunakan untuk latihan. yang berukuran daito dan sozo digunakan untuk melatih otot tangan karena lebih berat. 

D. Hyoho Niten Ichi-ryu
Musashi menciptakan dan menyempurnakan teknik dua pedang nya yang disebut Niten’ichi (“2 surga itu satu”) atau Nitoichi (“2 pedang itu satu”) disebut juga “Ni-Ten Ichi Ryu” (Digambarkan mirip seperti 2 penjaga surga yang tertera di Kitab Sutra). Dalam teknik ini menggunakan 2 pedang sekaligus (pedang panjang dan pedang pendek;katana dan wakizashi). Musashi terinspirasi oleh penabuh drum di kuil untuk menciptakan teknik ini. atau teknik ini didapat dari ayahnya yang mengajarkan teknik Jitte (biasanya teknik ini menggunakan 2 pedang sekaligus); pedang kecil dalam teknik ini digunakan untuk bertahan dari serangan lawan dan membalasnya dengan menggunakan pedang besar. Pedang panjang pada teknik itu dinamakan Gyaku Nito. Saat ini teknik ini lebih dikenal dengan nama Hyoho Niten Ichi-ryu.


Aliran pedang Musashi sampai sekarang masih banyak digunakan untuk kendo, dan berkembang pesat menjadi beberapa aliran. Dalam buku yang diciptakan Musashi, terdapat tulisan mengenai aliran pedang yang diciptakan. Dalam tulisannya dikatakan penggunaan 2 pedang dalam pertarungan samurai sangat menguntungkan, hal ini karena Musashi tidak setuju dengan prinsip memegang pedang dengan 2 tangan seperti yg pernah ditulisnya dalam bukunya “If you hold a sword with both hands, it is difficult to wield it freely to left and right, so my method is to carry the sword in one hand”. Walaupun terasa sulit dilakukan penggunaan 2 pedang sangat efektif bila digunakan dalam pertarungan samurai, hal ini dikarenakan satu pedang bisa digunakan bertahan dan pedang lainnya digunakan untuk menyerang. Musashi mempelajari ini dari aliran pedang Ayahnya. Musashi mengatakan penggunaan pedang panjang dan wakizashi dalam pertempuran akan semakin baik bila kita berlatih dengan 2 pedang panjang. “When you become used to wielding the long sword, you will gain the power of the Way and wield the sword well.”
Read more

Nobunaga Oda



Oda Nobunaga (23 Juni 1534 – 21 Juni 1582) adalah seorang daimyo Jepang yang hidup dari jaman Sengoku hingga jaman Azuchi-Momoyama. Lahir sebagai pewaris Oda Nobuhide, Nobunaga harus bersaing memperebutkan hak menjadi kepala klan dengan adik kandungnya Oda Nobuyuki. Setelah menang dalam pertempuran melawan klan Imagawa dan klan Saito, Nobunaga menjadi pengikut Ashikaga Yoshiaki dan diangkat sebagai pejabat di Kyoto. Kekuatan penentang Nobunaga seperti klan Takeda, klan Asakura, pendukung kuil Enryakuji, dan kuil Ishiyama Honganji dapat ditaklukkan berkat bantuan Ashikaga Yoshiaki. Nobunaga menjalankan kebijakan pasar bebas (rakuichi rakuza) dan melakukan survei wilayah. Nobunaga diserang pengikutnya yang bernama Akechi Mitsuhide sehingga terpaksa melakukan bunuh diri dalam Insiden Honnoji. Nobunaga dikenal dengan kebijakan yang dianggap kontroversial seperti penolakan kekuasaan oleh klan yang sudah mapan, dan pengangkatan pengikut dari keluarga yang asal-usul keturunannya tidak jelas. Nobunaga berhasil memenangkan banyak pertempuran di zaman Sengoku berkat penggunaan senjata api model baru. Selain itu, ia ditakuti akibat tindakannya yang sering dinilai kejam, seperti perintah membakar semua penentang yang terkepung di kuil Enryakuji, sehingga Nobunaga mendapat julukan raja iblis.

Nobunaga menggemari barang-barang yang berasal dari Barat. Pada tahun 1581, Nobunaga pernah menyelenggarakan parade pasukan kavaleri dengan mengundang Kaisar Ogimachi. Pada waktu itu, Nobunaga hadir mengenakan mantel dari kain beludru dan topi gaya Barat. Pada masa tuanya, Nobunaga dikabarkan selalu mengenakan baju zirah ala Barat sewaktu tampil dalam pertempuran. Nobunaga sangat tertarik pada pelayan berkulit hitam dari misionaris Yesuit bernama Alessandro Valignano. Nobunaga lalu menjadikan pelayan berkulit hitam yang diberi nama Yasuke sebagai penasehat pribadi. 

Nobunaga konon bisa segera mengerti kegunaan dari barang-barang yang dihadiahkan misionaris Yesuit seperti bola dunia, jam, dan peta. Pada waktu itu orang Jepang masih belum mengetahui bumi itu bulat. Para pengikut Nobunaga walaupun sudah dijelaskan berkali-kali tidak juga paham, tapi Nobunaga kabarnya bisa langsung mengerti dan menganggapnya sebagai sesuatu yang masuk akal. Nobunaga dikenal mempunyai rasa ingin tahu yang besar. Nobunaga sudah menggunakan senapan model Arquebus ketika senapan masih merupakan barang yang tidak umum. Nobunaga terkenal dengan tindakan yang sering dinilai kejam, tapi misionaris Portugis bernama Luis Frois menganggap Nobunaga sebagai orang biasa-biasa saja.

Nobunaga kabarnya begitu tampan sewaktu masih remaja sehingga sering disangka sebagai wanita. Nobunaga juga punya selera fedofilia seperti lazimnya samurai jaman Sengoku. Nobunaga punya hubungan khusus dengan banyak bocah laki-laki seperti Maeda Toshiie, Hori Hidemasa, dan Mori Ranmaru. Tokoh terkemuka seperti Maeda Toshiie dan Hori Hidemasa sewaktu kecil adalah peliharaan Nobunaga, sedangkan Mori Ranmaru adalah anak laki-laki peliharaan Nobunaga yang terakhir. Nobunaga adalah pemimpin yang sangat berkuasa, tapi dibandingkan dengan besarnya kekuasaan Nobunaga, jumlah istri yang dimiliki sangat sedikit walaupun dikaruniai banyak keturunan.

Nobunaga benci dengan seni pertunjukan Noh tapi menyenangi Igo dan seni menyanyi dan menari yang disebut Kowakamai. Salah satu lagu Kowakamai yang digemari Nobunaga berjudul Atsumori, terutama lirik yang berbunyi “Ningen gojunen, keten no uchi o kurabureba, mugen no gotoku nari, Hitotabi sei o uke, messenu mono no aribeki ka” , “Ningen gojunen, keten no uchi o kurabureba, mugen no gotoku nari, Hitotabi sei o uke, messenu mono no aribeki ka” yang artinya “Umur manusia hanya lima puluh tahun, Di dunia fana ini, Hidup ini seperti mimpi, Sekali dilahirkan, Adakah orang yang tidak mati.” Nobunaga dikabarkan sangat sering menyanyikan lagu ini sambil menari, mungkin karena liriknya mengena di hati atau mungkin juga cocok dengan prinsip hidupnya. Nobunaga sangat menggemari sumo sehingga sering sekali menggelar pertandingan sumo yang dihadiri kaisar dan kalangan atas istana. Nobunaga menyenangi seni bela diri dan beraneka macam olah raga, seperti berenang, berburu memakai burung rajawali, menunggang kuda dan seni memanah kyudo.
Read more

Mitsuhide Akechi



Akechi Mitsuhide (1528-1582), gelarnya Hyuga no Kami dan Jubyoe no Jo. Nama panggilan lainnya Koreto Mitsuhide. Akechi Mitsuhide merupakan pelayan dan pengkhianat bagi Oda Nobunaga. Anak dari Akechi Mitsukuni (yang mempunyai Istana di timur propinsi Mino), Mitsuhide mengabdi pertama kali kepada Saito dari Mino dan kemudian juga mengabdi pada Asakura Ujikage dari Echizen. Di tahun 1566 Mitsuhide menjadi pengirim pesan kepada Yoshiaki, dan kemudian dia baru mengabdi pada Oda Nobunaga. Mitsuhide membuktikan diri mampu menjadi seorang jenderal dan pada tahun 1571 di beri gelar Sakamoto-jo dan diberi daerah di Propinsi Omi. Ketika Nobunaga pergi berperang dengan Klan Mori, Mitsuhide diperintahkan untuk mengantar Oda Nobunaga dan pasukannya melewati perbatasan utara dari Chugoku dan menginvasi Tamba, dan dilanjutkan perjalanan ke Hatano, Tango dan kemudian bertempur dengan keluarga Isshiki.

Pertikaian dengan Nobunaga
Di tahun 1578 sebuah kejadian tragis terjadi dan melibatkan klan Hatano dari Tamba. Karena ingin segera menyelesaikan masalah, Mitsuhide membujuk Hatano Hideharu untuk menyerah. Tak disangka Nobunaga menolak mengabulkan permintaan Akechi untuk mengampuni klan Hatano dan akhirnya Hideharu di eksekusi pada tahun 1579. Keluarga Hatano merespon ini dengan mengatakan Mitsuhide seorang pengkhianat, dan kemudian keluarga Hatano membalas dendam dengan membunuh Ibu Mitsuhide di Omi. Mitsuhide tidak bisa berkata apa-apa, dan sebaliknya Nobunaga hanya diam saja tanpa memberikan bantuan kepada Mitsuhide. Mungkin ini yang menjadi alasan Mitsuhide membunuh Oda Nobunaga.

Insiden Honnoji
Di tahun 1582, Nobunaga memerintahkan Mitsuhide untuk menyiapkan pasukan dan bergerak ke barat untuk membantu Klan Mori melawan Toyotomi Hideyoshi. Sebaliknya Mitsuhide malah kembali ke kuil Honnonji tempat Oda Nobunaga bersembunyi dan membunuhnya beserta anaknya Nobutada dan mendeklarasikan diri sebagai Shogun. Sebenarnya Mitsuhide sudah merencanakan melakukan pemberontakan ini sehari sebelum kejadian, ketika dia menulis sebuah puisi untuk Guru Joha dan Shoshitsu dan juga menuliskan kalimat untuk Hideyoshi agar beruntung dalam penyerangan Benteng Takamatsu, dan juga sebuah kalimat yg provokatif yang dapat diartikan bahwa Toki (nama masa Kecil Mitsuhide) akan memerintah jepang. Pemberontakan Mitsuhide ini mengejutkan pihak kekaisaran, Akechi menjarah isi Istana Azuchi dan membagikan kepada pasukannya dan berteman dengan pemberontak lain yg melawan kekaisaran. Hideyoshi akhirnya menandatangani perjanjian damai dengan klan Mori dan bermaksud menyerang Mitsuhide. Pertempuran antara pasukan Hideyoshi dan Mitsuhide terjadi di Yamazaki dan dimenangkan oleh Hideyoshi, Mitsuhide terbunuh ketika dalam pelarian menuju Sakamoto.
Read more

Shingen Takeda



Takeda Shingen (1 Desember 1521 – 13 Mei 1573 ) adalah seorang daimyo dari Provinsi Kai Shinano yang mempunyai kekuatan militer yang kuat dan berusaha menguasai jepang di akhir masa Sengoku. Takeda Shingen mempunyai nama kecil Takeda Taro (Katsuchiyo) tetapi setelah itu dia diberi nama Takeda Harunobu yang diberikan oleh Ashikaga Yoshiharu( Shogun Ashikaga generasi ke-12 ).

Di tahun 1559 dia merubah namanya menjadi Takeda Shingen (dia merubahnya tas keinginan sendiri) Arti kata Shingen diambil dari tulisan China, Shin berarti “Percaya” dan Gen berarti “hitam” yang punya arti kepintaran dan kebenaran dalam ajaran Budha. Shingen sering dipanggil dengan panggilan “Tiger of Kai” karena kemampuan beladiri dan kekuatannya di medan pertempuran.Rival Takeda Shingen, Uesugi Kenshin yang juga dipanggil “Dragon of Echigo” atau juga “Tiger of Echigo” dan dalam mitologi china naga dan macan adalah rival abadi, tetapi seringnya berakhir seri. 

Takeda adalah anak pertama dari Takeda Nobutora, pemimpin dari klan Takeda dan Daimyo provinsi Kai. Dia sering menemani ayahnya untuk menuju medan perang, dan dia juga berhasil menjadi salah satu orang yg dihormati di klan nya dalam umur yang masih muda. Pada saat upacara kedewasaan dia akhirnya memberontak melawan Ayahnya, dia berhasil pada umur 21 untuk menguasai klan. Sebenarnya ayah Takeda Shingen menginginkan anak kedua yang menggantikannya (Takeda Nobushige) tetapi akhirnya ayahnya dipaksa mengundurkan diri oleh Takeda Shingen dan diasingkan ke Provinsi Suruga dan dibawah pengawasan Klan Imagawa. Ketika Takeda Shingen berumur 49 tahun, dia hanyalah satu-satunya Daimyo yang sanggup melawan kekuatan militer pasukan Oda Nobunaga, dia melawan pasukan Tokugawa Ieyashu di tahun 1572 dan berhasil menangkap Futamata dan melanjutkan perjalanan dan bertempur di perang Mikatagahara. Dia berhasil menang melawan pasukan Nobunaga walaupun ini hanyalah kemenangan yang kecil. Setelah itu dia dan rombongannya melanjutkan lagi menuju Provinsi Mikawa, tetapi sayangnya Takeda Shingen meninggal karena sakit yang di deritanya di kamp tersebut dan dikuburkan di daerah Erin-ji di Koshu provinsi Yamanishi.
Read more

Masamune Date



Date Masamune (5 September 1567 – 27 Juni 1636) adalah seorang samurai dari periode Azuchi-Momoyama sampai awal periode Edo. Dia merupakan ahli waris dari Daimyo terkuat di daerah Tohoku, dia juga menjadikan kota Sendai sebagai kota yg moderen. Seorang ahli taktik dan membuat gayanya sendiri dengan penutup matanya dan dipanggil dengan sebutan Dokuganryu, atau Naga bermata satu. Masamune Date adalah anak tertua dari Terumune Date, lahir di Istana Yonezawa. Pada umur 14 di tahun 1581, Masamune memimpin pertempuran untuk pertama kali untuk menolong ayahnya melawan keluarga Soma. Di tahun 1584 di umur 18 tahun Masamune Date menjadi pengganti ayahnya yg pensiun sebagai Daimyo. Keluarga Date pertama kali muncul saat awal periode Kamakura oleh Isa Tomomune, yang juga berasal dari distrik Isa di propinsi Hitachi. Isa Tomomune mendapat daerah di sekitar distrik Date dihadiahkan oleh Minamoto no Yoritomo karena membantu dalam perang Minamoto – Taira dan juga saat Yoritomo berjuang dengan saudaranya Yoshitsune.

Masamune lebih sering dikenal daripada Daimyo lainnya, hal ini karena dia memakai Helm perang dengan hiasan bulan sabit yang menandakan keganasan dan kekejamannya. semasa kecil dia kehilangan mata kanannya (hal ini masih belum diketahui karena dari beberapa sumber ada yg mengatakan mata kanan mengalami penyakit mata parah dan mengharuskan organ mata diambil, dan ada juga yg mengatakan mata kanan hilang ketika terjadi perampokan di masa kecilnya) karena kehilangan mata kanan tersebut dia dianggap tidak pantas menjadi seorang daimyo oleh ibunya. Klan Date telah membangun aliansi dengan klan tetangga dengan cara menikahkan keluarganya dengan keluarga lain. Setelah Masamune diganti, salah satu pelayannya bernama Odachi Sadatsuna mengkhianati klan dan bergabung dengan klan Ashina di Aizu. Masamune akhirnya mendeklarasikan perang terhadap Ashina, tetapi pasukannya berhasil dihentikan oleh jendral Ashina yg bernama Iwashiro Morikuni, yang menyebabkan pasukan Masamune mundur ke Istana Obama.

Dengan kebangkitan Masamune, beberapa klan aliansi yang dulu berhubungan baik, menjadi berbalik menyerang dan juga berusaha memperluas daerah kekuasaannya, bahkan sanak familinya di Mutsu propinsi Dewa. Karena takut atas kelakuan beberapa klan tetangga yg semakin tidak bisa dikontrol, keluarga Hakeyama meminta Date Terumune untuk menghentikan anaknya. Mereka mengajak Terumune untuk makan malam di kediaman mereka, setelah pembicaraan yg panjang akhirnya Terumune mengatakan dia tidak bisa menghentikan perilaku anaknya, yg menyebabkan keluarga Hatakeyama memilih menculik ayah Masamune. Hal ini di dengar oleh Masamune dan mengejar keluarga Hatakeyama, setelah mendekati kediaman keluarga Hatakeyama Masamune mendengarkan teriakan ayahnya untuk menyerang keluarga Hatakeyama tanpa mempedulikan ayahnya, dalam penyerangan ini ayahnya Terumune juga ikut terbunuh. Masamune mengejar dan membunuh semua keluarga Hatakeyama tanpa terkecuali.

Setelah mengalahkan Ashina di tahun 1589, dia menjadikan Aizu sebagai markas utama dalam menjalankan operasinya. Hubungan antara ibunya dengan dia semakin buruk. Ibunya ingin Masamune untuk segera diganti dengan anak keduanya bernama Kojiro. Suatu ketika saudaranya ini berusaha memberikan racun kepada Masamune, hal ini diketahui oleh Masamune dan segera membunuh saudaranya itu dan akhirnya Ibunya melarikan diri ke klan Mogami untuk berlindung. Di tahun 1590, Toyotomi Hideyoshi menguasai Istana Odawara dan memaksa Daimyo Tohoku untuk ikut berperang, walaupun Masamune pada awalnya menolak ajakan Hideyoshi dia tidak bisa menolak bahwa Hideyoshi ditakdirkan untuk memimpin jepang. Dia telat datang dalam pertemuan dan membuat Hideyoshi marah, tidak ingin dieksekusi dia datang dengan mengenakan pakaian terbaik dan menunjukkan rasa tidak kenal takut dihadapan Hideyoshi. Karena tidak ingin dapat masalah berkelanjutan kemudian Hideyoshi mengampuni Masamune. Setelah mengabdi beberapa waktu dengan Hideyoshi, dia mendapatkan Istana Iwatesawa yang merupakan hadiah dari Hideyoshi beserta tanah di sekitarnya. Masamune pindah ke Istana itu pada tahun 1591 dan membangun kembali istana tersebut juga mengganti namanya menjadi Iwadeyama. Masamune tinggal di Iwadeyama selama 13 tahun dan menjadikan Iwadeyama menjadi pusat ekonomi dan politik. Setelah kematian Hideyoshi dia mengabdi kepada Tokugawa (saran oleh Katakura Kojuuruo). Tokugawa Ieyasu menghadiahkan Masamune daerah Sendai yang menjadikan Masamune Daimyo terkuat di jepang. Tokugawa menjanjikan Masamune bisa mendapatkan satu juta koku, walaupun sudah melakukan perbaikan dan juga pemeliharaan hasil dari tanah hanya memproduksi 640.000 koku dan kebanyakan untuk dikirim ke kota Edo. Di tahun 1604 Masamune pindah ke Sendai dan meninggalkan anak ke empatnya yg bernama Date Muneyashu untuk memerintah Iwadeyama. Masamune ingin menjadikan Sendai lebih makmur lagi dari sebelumnya. Walaupun Masamune menguasai seni berperang dan mempunyai hubungan baik dengan pihak asing, dia juga merupakan Daimyo yg ambisius dan agresif. Pertama kali memerintah klan Date, dia sering mengalami kekalahan karena kelakuan dia sendiri.

Menjadi kekuatan besar di daerah utara jepang membuat Masamune dicurigai sebagai rival yg potensial untuk melawan balik. Pada saat Hideyoshi Toyotomi memerintah dia mengurangi daerah kekuasaan MAsamune karena datang terlambat saat menjaga Istana Odawara melawan Hojo Ujimasa. Kemudian saat Tokugawa Ieyashu berkuasa dia juga memberikan sedikit daerah untuk Masamune. Walaupun dicurigai baik oleh Tokugawa maupun Toyotomi, dia merupakan Daimyo paling setia terhadap tuannya.
Read more